Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Artikel Utama

Untuk Kamu yang Katanya Berjuang Untukku

4 April 2015   12:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:33 128 1
Aku berdiri diatas duri yang tajam, namun tak sedikitpun sakit ku rasakan.
Aku dihantam kerasnya badai, namun aku tetap berdiri.
Aku diterjang ombak, tak sedikitpun goyah.
Namun, ketika kau sakiti hatiku. Semua ketegaranku seakan hilang dan tumbang.
Tak dapat lagi aku berdiri tegak, hanya sakit yang kini ku rasakan.
Kamu tepat melukai satu bagian kecil terpenting dalam hidupku.
Kamu mengambil satu bagian kecil yang membuat ku luka.
Kamu menghancurkan satu bagian kecil yang selalu ku juga.
Cinta.
Kata yang selalu ku dengar. Tak asing memang. Tapi, sulit ku temui sikap yang benar-benar tulus dilandasi cinta.
Mereka yang katanya pejuang cinta, hanya berjuang pada awalnya.
Setelah mereka mendapatkan ‘target’nya, mereka seolah acuh dan tak perduli lagi.
Seakan apa yang telah mereka dapatkan tidaklah lagi menjadi penting.
Seperti itu kah kamu? Sama seperti mereka?
Aku dan kamu saling mengenal satu sama lain.
Pernah sama-sama berdiri menghadapi kelamnya dunia.
Pernah sama-sama tertawa diatas kebahagiaan yang kita capai.
Pernah sama-sama tersesat dalam kerasnya kehidupan.
Tapi, semua itu kita lalui bersama. Menjadi terasa ringan dan tanpa beban.
Setelah semua yang kita lalui, pantaskah kamu menyakiti orang yang telah bersamamu selama ini?
Pantaskah kamu membuat airmata orang yang berjuang bersamamu terjatuh?
Pantaskah kamu melukai hatinya?
Kamu..

Mungkin kamu lupa, alasan kamu memilihku.
Mungkin kamu lupa, alasan kamu selalu mempertahankanku.
Haruskah aku mengingatkanmu kembali alasan-alasan itu?
Bukan, bukan alasan mengapa kamu mencintaiku. Karena cinta tidak pernah memiliki alasan. Bahkan satu pun, tidak.
Sayang..
Mungkin kamu lupa, bahwa aku bukanlah wanita kuat yang mampu menahan setiap rasa sakit yang kamu beri.
Aku hanyalah seorang wanita biasa. Yang bisa ku lakukan hanya menemanimu dari titik paling bawah sampai saatnya nanti kamu berada diatas.
Tahukah sikapmu menggoreskan luka?
Tahukah kamu, begitu banyaknya luka yang belum tertutup rapi namun telah kau lukai lagi?
Jika memang kamu telah bosan dan lelah, beristirahatlah. Aku akan selalu menemanimu.
Bersandarlah denganku saat kamu lelah.
Tapi, jangan pergi hanya karena bosan lalu kembali mencariku.
Aku bukanlah tempat persinggahanmu.
Jika aku dapat memilih, mungkin aku tidak ingin bertemu bahkan mencintai orang yang selalu menyakitiku.
Jika aku dapat memilih, aku lebih baik pergi.

Tapi, semua logika ku selalu berlawanan dengan perasaanku.
Hatiku selalu memintaku untuk tetap tinggal. Hatiku selalu memintaku untuk tetap mencintaimu.
Bodoh? Iya,
Tapi, aku hanya wanita lemah yang tidak dapat berbuat banyak ketika hatiku telah memilih.
Dan pilihan itu selalu jatuh untukmu. Selalu. Dan tak pernah sedikitpun berubah.
Mengertilah, kalau aku tidak ingin berada jauh darimu.
Mengertilah, kalau kamu selalu menjadi tempatku kembali saat hatiku lelah berdiri.
Mengertilah..
Semua yang terjadi diantara kita tidak pernah kebetulan.
Setelah yang kamu lakukan, mampukah kamu menahan langkah kakiku untuk pergi menjauh darimu?
Mampukah kamu mempertahankan ku lagi?
Sanggupkah kamu menahan perihnya kehilangan, sama seperti dulu kita pernah berpisah.
Tak perlu lagi kamu memohon padaku agar ku mengerti. Karena selama ini aku selalu mengertimu.
Aku hanya akan tinggal, saat airmatamu yang berbicara. Sama seperti dulu kamu pernah memohon memintaku untuk kembali. Karena airmata yang pernah keluar darimu untukku, tidak pernah berkata bohong. Aku tahu itu. Karena aku, wanitamu.

Untuk kamu –yang selalu ku rindukan saat malam datang, yang selalu ku eluhkan saat rindu menghampiri, yang selalu ku temui meski hanya untuk memandang mata indahmu yang tak pernah ku lupa, dan untuk kamu yang katanya berjuang untukku.–

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun