"Hey Tunis, kenapa kamu terlihat bingung?" tanya Rakun dengan nada gentlenya.
".....????....." Merasa bukan dirinya yang disapa, Tupai hanya menoleh dan tidak menjawab sepatah katapun.
"Eh, cantik-cantik sombong amat." Lanjut Rakun yang tak menyerah mencari tahu tentang kebingungan Tupai. Rakun pun segera turun dari tong sampah yang selalu menjadi tempat langganannya untuk mencari makanan, dan segera berjalan mendekati Tupai.
"Hey kamu, kenapa tidak menjawab pertanyaanku?" Tanya Rakun lagi masih semangat.
"Namaku bukan Tunis!" Jawab Tupai dengan nada super cuek. Merasa tak kenal dengan Rakun, Tupaipun berlalu meninggalkan Rakun.
"Hey, ya ampun kamu cuek amat. Iya, namamu siapa? Namaku Rakun. Aku bukan Rakun jahat yang berniat memangsamu. Aku sejak tadi sudah melihatmu seperti sedang kebingungan mencari sesuatu. Aku berniat membantumu bila perlu." Cerocos Rakun sambil mengikuti langkah cepat Tupai dari belakang.
"Aku tidak butuh. Sana pergi, jangan ikuti aku." Tupai yang merasa risih dengan gelagat Rakun semakin menambah kecepatannya. Namun Rakun masih belum menyerah.
"Aku bukan asli penduduk sini. Tapi sudah lumayan lama tinggal disini. Mungkinkah kamu juga tersesat sepertiku?" Tanya Rakun lagi berupaya mendapat perhatian Tupai.
Mendengar pernyataan terakhir Rakun, Tupai yang merasa tertarik, langsung menghentikan langkahnya.
"Kenapa kamu tersesat?" tanya Tupai penasaran.
Merasa tidak ingin melewatkan kesempatan untuk mendapat perhatian Tupai, Rakun kemudian bercerita panjang-lebar tentang kisahnya hingga tersesat di tempat itu.
Tupai yang telah bersedia mendengarkan cerita Rakun, dia akhirnya menyatakan pendapat pertamanya.