Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Di

28 Juli 2014   09:35 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:00 29 0
seperempat perjalanan sudah aku lalui. tapinya baru sampai disini-sini saja. mungkin karena perjalananku kuhitung dengan waktu tempuh, bukan dari jaraknya. jauhnya perjalananku, rata-rata, 30 menit. ini sudah 30/4 menit tetapi aku masih dikisaran 100 meter dari tempat aku mulai men-slah motorku. kalau sudah begini, penyesalan baru muncul. seandainya tadi aku berjalan kaki, pastinya tak perlu ku hadapi barisan-barisan kendaraan yang berjalan merayap ini. tapi kakiku yang satu tadi malas sekali dan terlebih lagi kaki satunya lebih malas dari kaki yang malas.

alhamdulillah sampai juga. kedai kopi "ctrl+c". kutunggu-tunggu satu temanku di dalam tak kunjung pulang, ia terlihat dari balik kaca depan kedai kopi itu. ia masih saja duduk sendiri di sebuah meja yang tak terletak disudut, karena ia tak suka menyudutkan dirinya. ia merokok tapi tak disulut bara api. hanya diisap rasa manisnya. rokoknyapun djarum, apa tidak sakit tertusuk-tusuk mulutnya, candaku padanya biasanya. oya buat temanku ini, jarak diukur dengan rokok. dari rumahnya ke sini, satu rokokan. padahal rokoknya tidak menyala kan.

"hoi"

"(lambaian tangan)"

"sori, merayap"

"(mengangguk)"

"kopi joss?"

"(menggeleng)"

"lalu?"

"(menunjuk)"

"(mencium aroma kopinya)"

"kalau begitu, saya teh hangat saja"

sebuah pilihan yang biasa saja untuk saya, pesan teh hangat di kedai kopi. saya gamau dilmah atau teh yang jadi mahal karena branding, cukup teh tjatoet dan gula yang sedikit. manisnya hidup bisa jadi pahit jika terlalu banyak minum manis. coba saja tanya orang-orang diabet. jangan lupa sertai pertanyaan dengan rasa ingin tahu supaya tak dikira mengejek.

kami berdua adalah partner in crime. kami sering menerobos lampu merah. kejahatan kami ini beralasan. 1) jika belok kiri jalan terus tak mengganggu pengguna jalan lain, mengapa tidak boleh. 2) malam-malam dipersimpangan. tidak ada kendaraan lain sama sekali. apa kita harus tetap berhenti dengan bodoh.

masih terkait masalah jalan raya, kami selalu mengecek info tentang cegatan polisi (cek sim-stnk) dari informan-informan di sekitaran tempat cegatan. biasanya lewat sms. yang kami sms biasanya tukang pulsa disekitar sana. kenapa menghindari cegatan? alasannya sederhana: maaf pak, bensin saja kami lebih sering tak punya, apalagi sim dan stnk.

teh saya yang hangat datang. sisa waktu sampai kita pulang, dihabiskan dalam diam. merenung sendiri-sendiri dalam berduaan.

di tengah obrolan orang sekeliling yang lebih banyak bohongnya.

di bawah langit yang tak berpenyangga.

di atas tanah yang jadi bahan penciptaan kami berdua.

di seberang gunung yang membuat bumi tak goncang.

di putaran waktu yang tak terulang.

di semak duka yang setelahnya ada suka.

di dalam percaya yang dianggap bodoh.

di samar tasbih semua yang ada.

di selipan harap dan takut akan doa.

di tetes basah berkah hujan yang malah dikeluhkan.

berjumpa lagikah kami di tahun depan?

pada 1 Syawal 1435 H

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun