Jaring jaring dada yang menangkap debarmu
Ku kirim juga puisi,
ke matamu yang hampa adanya
Ku timang takut pula,
yang terpagut di renungmu
Amuk redam angin dalam kesendirianmu,
kau jadi merasa ganjil
Belum genap rakaatmu, juga
Di sini puisi puisi kembali,
demi kesepian yang besar
Udara menghimpun seru
Semua bergugur kecuali kata kata hati,
rebah di bayang bulan
Hingga doa doa tembus pandang
Ah, kenapa kau masih memiliki separuh dingin
Sejadahmu tertinggal, rupanya