Sinar nemplok di lapang kersang, meski pagi masih murung diburu awan keruh. Rintik hujan lamat-lamat beralih, tak peduli, mungkin langit terlalu lelah merintih. Namun dengan lantang hewan-hewan bercengkrama, bersahutan rengek anak mereka meminta makan. Sama halnya dengan Musirot, sedari kemarin perut kembungnya belum tersuap nasi. Kepalanya limbung, kulit disergap dingin, bercampur-aduk rasa memar sekujur tubuh yang menyerbu. Siapa peduli. Alih-alih disodori sesuap nasi, mulut Musirot malah dijejali tungkai kaki. Tak ada perlawanan yang dikehendaki, kedua kakinya tak mampu lagi menopang diri.
KEMBALI KE ARTIKEL