Bibirnya tak sedikitpun berdetak. Anak itu kemudian mengulurkan selembar kertas lusuh, sebab telah disusupkan secara asal dalam kantong celananya. Sedang aku melahap nasi yang ia bawa, beserta lauk dalam dua bungkusan plastik yang aku bedah dengan serakah. Aku tetap melanjutkan makananku, ia bergeming. Kemudian diletakkannya seutas lembar itu di depanku. Aku masih tak ingin menghiraukannya. Pikirku, percuma saja jika aku menanyakan sesuatu padanya.
KEMBALI KE ARTIKEL