18 November 2024 18:38Diperbarui: 18 November 2024 18:4210960
I do not want my house to be walled in on all sides and my windows to be stuffed. I want the cultures of all the lands to be blown about my house as freely as possible. But I refuse to be blown off my feet by any. (Mahatma Gandhi)
Hari itu siswa Kanisius berkumpul bersama layaknya siswa sekolah biasa, namun pagi itu berbeda. Anak-anak muda dengan latar belakang berbeda berangkat menuju Banten, Â mengawali aktivitas pertama hari itu. Perjalanan memakan waktu kira-kira 2.5 jam lamanya yang tidak terasa selama itu karena sebagian besar dari kami menyibukkan diri dengan tidur.
Sesampainya di halaman pondok Pesantren Al-Falah, tampak cukup jelas perbedaan antara siswa kanisius dengan para santri, baik dari segi pakaian, kebiasaan, hingga keyakinan. Namun, dalam senyum yang tulus dan salam yang hangat, tembok perbedaan dan kekhawatiran yang sebelumnya ada mulai perlahan runtuh.
Kami dipandu untuk mengenal lingkungan pesantren, dari musala, kobong (asrama santri), hingga dapur sederhana tempat mereka memasak bersama. Kobong, yang menjadi tempat tinggal santri, jauh dari fasilitas mewah. Tidak ada kasur atau lemari pribadi, hanya tikar sederhana sebagai alas tidur. Meski demikian, para santri terlihat bahagia, bahkan bersemangat berbagi cerita. Kesederhanaan menjadi pemandangan utama di pesantren ini.Â
Para santri berbagi segala yang mereka miliki, mulai dari tempat tidur, makanan, hingga cerita kehidupan. Pemandangan yang paling membekas adalah saat makan bersama. Nasi, sayur sederhana, dan lauk seadanya dihidangkan dengan kehangatan yang sulit dilupakan. "Kita makan yang ada saja, Mas. Yang penting bareng-bareng," kata seorang santri dengan senyum kecilnya. Kalimat itu menggugah saya. Mereka mengajarkan bahwa kebahagiaan bukan berasal dari kelimpahan, tetapi dari rasa syukur dan kebersamaan.
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.