Tuntutan perbaikan pada SDM kesehatan selalu diharapkan dan dinantikan, tetapi belum banyak institusi atau perusahaan yang menganggap SDM sebagai investasi. Perbaikan mutu SDM justru dianggap sebagai beban karena biaya untuk meningkatkan pengetahuan baik melalui pendidikan ataupun pelatihan tidaklah murah. Belum lagi tidak adanya alokasi dana yang cukup untuk kegiatan tersebut. Di lain pihak masyarakat sebagai pengguna jasa menuntut tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi baik knowledge, skill maupun attitude. Intinya masyarakat ingin mendapatkan/memiliki tenaga kesehatan (nakes) yang berjiwa melayani. Istilah gaulnya “kalau jadi nakes mesti palugada (apa loe mau gue ada)”, dalam artian apa yang pasien butuhkan terkait dengan permasalahan kesehatan harus bisa dan mampu dilayani oleh nakes dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kewenangan yang dimiliki.