Salah satu contoh dari hasil terapan kurikulum merdeka ini ialah lahirnya beragam model pembelajaran pada pendidikan di Indonesia. Model-model yang lahir baru-baru ini sangat beragam, ada yang dinamakan model pembelajaran berbasis project, berbasis masalah, dan yang lainnya. Pertanyaannya disini adalah apakah model-model pembelajaran yang ada itu mampu untuk memberikan perubahan positif pada pendidikan di Indonesia? Mari kita ambil contoh pada pendidikan di tingkat sekolah dasar, banyak sekali perubahan yang dialami oleh guru maupun siswa pada tingkat sekolah dasar setelah diterapkannya kurikulum merdeka ini. Seperti, digabungkannya muatan pelajaran IPA dan IPS menjadi IPAS. Mungkin dari teman-teman semua bingung? “Kok bisa sih kedua mata pelajaran yang jika dilihat saja sangat berbeda tapi sekarang malah digabungin?” Tenang, mari kita bahas alasannya, Muatan IPAS di SD adalah singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial. Muatan IPAS ini merupakan bagian dari kurikulum yang diajarkan di Sekolah Dasar di Indonesia. Adapun komponen pada muatan IPAS ini antara lain: Ilmu Pengetahuan Alam (IPA): Meliputi pengetahuan dan pemahaman tentang fenomena alam seperti sains, lingkungan hidup, materi dan energi, serta teknologi. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS): Membahas tentang ilmu pengetahuan mengenai kehidupan sosial, budaya, sejarah, geografi, ekonomi, dan kelembagaan masyarakat. Lalu, mengapa IPAS ini dibentuk? Beberapa tujuan dari penggabungan antar 2 muatan ini adalah
1.Pengembangan Pengetahuan
Muatan IPAS dibentuk untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman siswa tentang alam dan sosial sejak usia dini. Ini penting sebagai dasar bagi pemahaman yang lebih mendalam di jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
2.Pengembangan Keterampilan
Selain pengetahuan, muatan IPAS juga bertujuan untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, berpikir analitis, serta keterampilan literasi sains dan sosial.
3.Persiapan untuk Masa Depan
Melalui pembelajaran IPAS, siswa diharapkan dapat memahami hubungan antara alam dan manusia, serta mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan masa depan yang semakin kompleks.
Jadi, pada hakikatnya tujuan dari muatan IPAS di SD dibentuk adalah untuk memberikan landasan yang kokoh bagi perkembangan intelektual, emosional, dan sosial siswa sejak usia dini. Dengan demikian, mereka dapat tumbuh menjadi individu yang cerdas, berpengetahuan luas, dan siap menghadapi dinamika dunia modern. Setelah mengetahui apa itu muatan IPAS di SD, mari kita lihat apakah model pembelajaran yang ada sejak kurikulum merdeka ini lahir sudah mampu memberikan perubahan terhadap muatan pembelajaran yang satu ini. Salah satu model pembelajaran yang sangat tertarik saya bahas kali ini yaitu model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning/PBL), karena PBL ini adalah pendekatan pembelajaran di mana siswa belajar melalui pemecahan masalah yang autentik dan relevan dengan kehidupan nyata. Dalam muatan IPAS di SD saya yakin bahawa model pembelajaran ini merupakan salah satu model pembelajaran yang efekif diterapkan tenaga pendidik dalam melakukan proses pembelajaran di kelas. Hal itu dikarenakan ketika seorang siswa diberikan pemaparan materi yang dibalut dengan masalah yang ada di lingkungan hidup sehari-harinya maka ia akan tertarik untuk menegetahui apa yang dibahas tersebut. Dari rasa ingin tahu dan tingginya minat siswa dalam pembahasan materi ini maka akan timbul suasana kelas yang produktif, aktif, serta interaktif. Secara mudah mari kita ambil contoh, dengan uraian tujuan agar siswa mampu misalnya guru ingin agar siswa memahami terkait lingkungannya dengan uraian tujuan agar siswa mampu mengetahui cara seekor hewan dapat berkembang biak, mengetahui cara sebuah tanaman dapat tumbuh, dan dalam muatan IPSnya yaitu langkah siswa tersebut agar dapat menjaga lingkungannya. Dari ketiga tujuan tersebut guru dapat mengambil langkah dengan mengawali pembelajaran dengan bercerita dan mengaitkan cerita tersebut dengan kehidupan siswa, kemudian mulai mengajak siswa untuk berpikir, bertanya, memberikan pendapat, dan yang lainnnya. Nah, dari gambaran ini cukup terlihat bahwa model pembelajaran berbasis masalah ini cukup dapat memberikan perubahan positif terhadap alur pembelajaran. Selain itu, PBL memungkinkan siswa untuk belajar tentang konsep-konsep dalam IPAS (Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial) melalui masalah-masalah yang autentik dan relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Ini membantu siswa menghubungkan apa yang mereka pelajari di kelas dengan pengalaman langsung mereka di masyarakat dan lingkungan sekitar. PBL juga mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis melalui proses pemecahan masalah yang sistematis. Mereka perlu mengumpulkan informasi, menganalisis data, merumuskan hipotesis, dan menguji solusi yang mereka ajukan, semua keterampilan yang penting untuk memahami konsep-konsep IPAS. Oleh karena itu model pembelajaran berbasis masalah ini penting untuk diterapkan oleh tenaga pendidik khsusnya ketika memberikan pengajaran tentang muatan IPAS karena dalam muatan IPAS mencakup dua bidang utama, yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). PBL memungkinkan integrasi yang baik antara kedua bidang ini, sehingga siswa dapat melihat hubungan antara berbagai aspek kehidupan dan memahami dampaknya secara lebih luas.