Sebuah wilayah di Jakarta Pusat yang dihuni 90% masyarakat etnis Tionghoa dan etnis masyarakat kristen dikabarkan didatangi sejumlah oknum tentara yang mengaku Babinsa (Bintara Pembina Desa) dari Kodim setempat. Dengan tampang sangar mereka mendatangi masyarakat dengan memberikan sejumlah pertanyaan terkait dukungan mereka terhadap capres cawapres pada pilpres 9 Juli nanti.
Ada banyak saksi mata yang mengkonfirmasi kejadian tersebut. Salah satunya adalah Rifki. Dalam JAKARTA GLOBE dikatakan Rifki didatangi Babinsa di rumahnya. (Babinsa adalah tentara yang bertugas sebagai pelaksana pembinaan teritorial yang berhadapan langsung dengan masyarakat desa). Tentara tersebut meminta Fikri mengeluarkan KTP lalu menuliskan biodata di KTP tersebut di selembar kertas.
Selesai menulis, si tentara berkata “Anda akan memilih ini kan?” Katanya sambil menunjukan lembar kertas yang baru saja ia isi. Ketika diperiksa Rifki kaget karena di kertas tersebut dikatakan Rifki mendukung Prabowo, Capres dari Gerindra. Rifki yang ketakutan akhirnya menyetujui omongan si tentara meski hatinya menolak.
Menurut Rifki, peristiwa ini tidak hanya terjadi pada dirinya. Semua tetangganya juga didatangi tentara dimana para oknum tersebut melakukan hal yang sama seperti pada dirinya.
“Kebanyakan warga di sini beretnis Tionghoa dan etnis kristen. Tentu saja kedatangan tentara ini membuat kami semua ketakutan. Kami masih trauma dengan peristiwa Tahun 98. Jadi intimidasi tentara tersebut kami penuhi saja karena takut!” Ujar Rifki.
Kalau benar kejadian tersebut terjadi di negeri ini, tentu saja saya sebagai rakyat jadi benar-benar prihatin. Menurut saya, cara-cara intimidasi yang dilakukan oknum yang mengaku dari Gerindra tersebut persis seperti yang dilakukan di masa orde baru. Masa dimana masyarakat kita dipaksa dan diintimidasi dengan berbagai cara untuk memilih satu partai. Waktu itu, siapa saja yang memilih selain Golkar dianggap musuh. Diintimidasi, dikucilkan dari masyarakat dan dilarang ikut serta di pemerintahan. Bahkan tidak jarang orang-orang yang terlalu vokal kemudian di culik dan hilang tanpa jejak.
Dalam tulisan ini saya menghimbau kepada bapak-bapak TNI untuk tetap mempertahankan sikap netral dalam pilpres. Tentara adalah pelindung dan pengayom rakyat. Tugasnya bukanlah berkampanye apalagi mengintimidasi. Tugas tentara adalah melindungi seluruh kedaulatan negeri yang salah satunya dengan menjaga netralitas politik. Kalau tentara tidak netral, ikut arus politik, maka kemana lagi rakyat seperti saya harus menggantungkan keselamatan dirinya dan tanah airnya? Kita tidak mau junta militer yang agresif kembali menguasai negeri. Sudah cukup darah dan air mata tertumpah.
Kalau benar perilaku oknum Babinsa tersebut dikoordinator oleh tim kampanye Prabowo, maka saya minta pada Pak Prabowo untuk memecat langsung ketua tim kampanye-nya. Kasihan rakyat yang sudah banyak menderita. Penghasilan kecil, ekonomi terpuruk dan kembali mengalami intimidasi.
Dalam tulisan ini saya juga menyarankan pada Pak Prabowo serta tim kampanye-nya untuk lebih menghormati dan mencintai rakyat. Sayangilah kami dan bantulah kami untuk bisa lebih sejahtera. Jangan hinakan derajat kami. Jangan anggap kami sebangsa semut yang bisa diinjak dan diatur seenaknya hanya demi meraih kekuasaan.
Dalam tulisan ini saya juga mengingatkan kepada Pak Prabowo untuk tidak lagi mengeluarkan kata-kata hinaan terhadap rakyat seperti dilansir republika.co.id, 27 Mei 2014 dimana Pak Prabowo menyatakan bahwa “Bangsa Indonesia Kadang-kadang Naif dan Goblok”. Kami adalah rakyat, Pak. Kalau kami naif dan goblok, ya memang wajar. Tapi tidak berarti harus dicaci-maki dan direndahkan seperti itu. Kami ini sudah miskin, dihina pula, dan yang menghina adalah capres kami sendiri. Itu benar-benar menyakitkan. Jadi mohon pada Bapak untuk lebih menggunakan bahasa yang baik dan sopan. Kami butuh dipuji, Pak, bukan dicaci. Bagaimana Bapak bisa menjadikan Indonesia jadi Macan Asia kalau pada rakyatnya sendiri sudah tidak percaya.
Saran ini juga saya sampaikan pada Pak Jokowi. Jangan sampai Pak Jokowi juga ‘kepleset lidah’ seperti Pak Prabowo yang bisa membuat simpati rakyat berubah jadi benci.
Semoga semua kejadian ini tidak terulang lagi saat Pak Prabowo atau Pak Jokowi berhasil jadi pemimpin negeri. Selamat berkompetisi!
Sumber:
http://www.thejakartaglobe.com/news/c-jakarta-resident-claims-intimidation-military-vote-prabowo/
http://www.republika.co.id/berita/pemilu/menuju-ri-1/14/05/27/n68hvh-prabowo-bangsa-indonesia-kadangkadang-naif-dan-goblok
http://ngocolpolitik.blogspot.com/