Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Merekonstruksi Hindu: Merangkai Kembali Filsafat Veda yang Terdistorsi (Resensi Buku)

16 November 2010   01:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:34 904 0
Hindu merupakan agama yang paling disalah mengerti oleh masyarakat dunia. Tuduhan dan anggapan keliru acap kali menimpa Hindu. Mulai dari tuduhan agama politeisme, agama pemuja berhala, penganut sistem kasta, agama suku, agama primitif dan berbagai tuduhan tidak beralasan lainnya. Semua tuduhan ini sudah terdoktrin hampir pada setiap orang non Hindu akibat minimnya informasi yang benar tentang agama tertua ini. Disamping karena sikap pasif, toleransi berlebihan dan “kebodohan” para penganut Veda itu sendiri, peran para kaum indologis dan kaum dakwah yang menjadikan umat Hindu sebagai target utama memberikan andil yang sangat besar dalam pembentukan anggapan keliru tentang Hindu. Para kaum dakwah, terutama sekali di Nusantara, menggunakan pendekatan budaya dan melakukan penggubahan banyak kitab-kitab suci Hindu. Kitab Mahabharata dan Ramäyäna yang merupakan kitab Itihäsa terpenting dipelintir dan dimuati ajaran-ajaran “menyimpang” yang tidak sesuai dengan sejarah aslinya. Sedangkan para kaum Indologis yang terutama sekali dipelopori oleh Max Muller melakukan banyak penerjemahan kitab suci Veda dari bahasa Sansekerta kedalam bahasa Inggris dimana terjemahan ini tidak sesuai dengan maksud aslinya, bahkan mereka berusaha memutarbalikkan isinya. Celakanya, kitab-kitab Veda terjemahan kaum Indologis inilah yang paling banyak menyebar dan dikaji dalam dunia pendidikan sehingga otomatis teori-teori dan asumsi yang muncul tentang Hindu sangatlah menyimpang. Yang paling menyedihkan ternyata umat Hindu, terutama di Indonesia melalui kurikulum-kurikulum lembaga pendidikan resminya, malahan lebih banyak menjadikan sumber-sumber dan teori-teori yang terdistorsi ini sebagai acuan utama. Sebagai implikasinya, pada akhirnya umat Hindu juga memiliki pandangan keliru tentang ajarannya dan tidak menutup kemungkinan mereka akan meninggalkan ajaran Veda yang adiluhur. Eksistensi Hindu hanya dapat dipertahankan dengan mengajak segenap umat Hindu kembali kepada pemahaman ajaran Veda yang otentik. Dan untuk tujuan itulah buku ini disusun. Hindu tidak bisa dipahami dengan kerangka berpikir pemahaman agama Abrahamik. Jika mungkin dalam agama Abrahamik “kebenaran” hanya ada satu dan jika ada bentuk lain dari “kebenaran” atau aliran mereka sering kali dianggap sesat, maka dalam Hindu tidak demikian adanya. Hindu memahami bahwasanya setiap ajaran spiritualitas yang berbeda diwahyukan oleh Tuhan sesuai dengan tingkat spiritualitas umatnya. Karena itulah ajaran Veda tersusun atas banyak cabang filsafat dengan berbagai “wajahnya” yang kadang-kadang dipahami keliru oleh orang non Hindu dan bahkan oleh orang Hindu sendiri. Buku “Merekonstruksi Hindu” ini bertujuan merangkai kembali pemahaman filsafat Hindu yang benar dengan cara memaparkan pangdangan-pandangan filsafat yang didasarkan pada sumber-sumber ajaran Veda yang dipelajari melalui garis perguruan secara turun-temurun (paramparä), sehingga keotentikan dan kredibilitasnya dapat dipertanggungjawabkan. Pada Bab I dipaparkan mengenai fakta bahwa mayoritas umat Hindu miskin pengetahuan Veda yang merupakan kitab sucinya. Sementara itu, mereka yang tergolong intelektual berpendidikan akademik dan berkesadaran materialistik, mempelajari Veda secara empiris-induktif. Akibatnya, timbullah beda pendapat dengan mereka yang berusaha mengerti Veda sesuai petunjuk yang ditetapkan oleh Veda itu sendiri. Pemahaman yang dilandasi pola pikir empiris secara langsung akhirnya mendistorsi ajaran Veda. Pada Bab II dipaparkan pokok-pokok ajaran Veda yang telah terdistorsi. Yaitu dalam hal ini dikemukakan 25 item. Dilanjutkan pada Bab III dimana diuraikan setidaknya terdapat 5 sumber penyebab distorsi yang mengakibatkan sangat banyak praktek-praktek keagamaan yang menyimpang dari kitab suci Veda. Pada Bab IV dipaparkan item-item rekonstruksi berdasarkan 12 unsur ajaran filosofis Veda. Tujuan rekonstruksi ini adalah agar para pembaca mengerti bahwa jalan kehidupan spiritual (nivåtti-märga) dan jalan kehidupan material (pravåtti-märga) diperuntukkan bagi orang-orang sesuai dengan kadar unsur-unsur tri-guna yang menyelimuti dirinya, dan menentukan tingkat kesadaran, watak dan sifat, serta kegiatan yang dilakukan. Demikian juga, jalan kerohanian (yoga) yang berbeda-beda (karma, jïäna, dhyäna dan bhakti) diperuntukkan bagi mereka sesuai dengan tingkat kesadaran yang ditentukan oleh kadar unsure tri- guna yang menyelimuti dirinya. Sesuai dengan tingkatan jalan kerohanian ini, maka didalam Veda termuat banyak petunjuk kehidupan atau bagian-bagian ajaran yang berbeda-beda dan nampaknya seperti bertentangan antara satu dengan yang lainnya. Dari pion-poin rekonstruksi yang ditampilkan, para pembaca dapat melihat bahwa masing-masing jalan kerohanian memiliki status kehidupan, tujuan yang ingin dicapai, macam kebahagiaan yang dirasakan dan nasib setelah tujuan dicapai. Selanjutnya dari Bab V sampai Bab XX akan dipaparkan secara mendalam mengenai berbagai jenis ajaran Veda yang merupakan penjabaran dari poin-poin rekonstruksi sebelumnya dengan disertai dengan berbagai kutipan sloka-sloka yang traceability-nya dapat dipertanggungjawabkan. Buku ini diterbitkan oleh Narayana Smrti Press yang didirikan secara independen oleh beberapa pengurus Narayana Smrti Ashram. Karena harus bertugas di luar Yogyakarta, saat ini Narayana Smrti Press dikelola secara remote oleh beberapa alumni Narayana Smrti Ashram seperti Bapak Suryanto, M.Pd yang berdomisili di Palangkaraya, Bapak Wirabhadra yang berdomisili di Jakarta dan saya sendiri yang berdomisili di Tangerang. Meskipun seolah-olah mengalami hibernasi, Narayana Smrti Press sudah sukses menerbitkan 2 edisi buku berjudul “Hindu di balik tuduhan dan prasangka” dan sempat mendudukin posisi best seller. Oleh karena tingginya minat pembaca, buku tersebut sempat dicetak ulang sampai beberapa kali. Kedepannya, Narayana Smrti Press diharapkan dapat tumbuh menjadi percetakan yang selalu bisa menerbitkan buku-buku Hindu berkualitas dan dapat menjadi tulang punggung sumber dana swakelola dan support system demi kelangsungan hidup Narayana Smrti Ashram yang merupakan salah satu mercusuar penyebaran filsafat Veda di Yogyakarta khususnya dan di Indonesia umumnya. Buku Merekonstruksi Hindu ini akan segera dilaunching pada minggu ketiga bulan Oktober 2010 ini. Adapun rincian harga buku tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Untuk disumbangkan ke Pura, Mandir, Ashram atau umat-umat sedharma yang lain kami memberikan harga dasar Rp. 20.000/buku dan ongkos kirim  akan kami tanggung.
  2. Untuk pemesanan satuan, dengan harga Rp.30.000 dan ongkos kirim ditanggung pemesan. Namun demikian di daerah yang terdapat selling poin atau distributornya, pengiriman tidak akan kami layani dan kami akan menyarankan anda menghubungi distributor terdekat.
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun