Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan Pilihan

Bias Media Sosial: Fenomena Pembatasan Konten Berbau Palestina di Instagram dan TikTok

11 Maret 2024   14:17 Diperbarui: 11 Maret 2024   14:26 470 4
Apa itu Bias?

Terdapat beberapa konsep yang telah dikemukakan untuk menjelaskan adanya ketidakadilan yang terjadi dalam proses interaksi manusia dalam kehidupan sosial, salah satunya adalah konsep bias. Konsep bias dalam kehidupan sosial bisa dipahami sebagai kecenderungan sikap yang menunjukkan dukungan atau kesukaan terhadap suatu kelompok tertentu dibandingkan kelompok yang lain sehingga mempengaruhi penilaian dan pengambilan keputusan seseorang. Bias dalam praktiknya didefinisikan sebagai segala bentuk kecenderungan yang kemudian dapat membatasi seseorang untuk tidak memihak terhadap suatu pertanyaan atau masalah (Popovic & Huecker, 2023). 

Bayangkan ketika seorang guru mempertanyakan apakah muridnya yang memenangkan lomba lari melakukan kecurangan karena dirinya berbadan gemuk, ini adalah bentuk bias yang umum kita ketahui, bahwa orang yang gemuk ekuivalen dengan sifat lambat dan malas. Sifat bias ini secara disadari maupun tidak, menjadi akar tumbuhnya kebencian. Pada kasus yang ekstrem, bias sosial dapat berdampak pada terjadinya kasus-kasus pelecehan, rasisme, dan bentuk diskriminasi lainnya.

Pergeseran interaksi sosial kedalam ruang digital akibat modernisasi, tak luput membawa konsep bias pada dinamika media sosial. Platform digital seperti Instagram dan TikTok adalah contoh beberapa media sosial yang memiliki bias dalam kebijakannya. Hal ini tentunya sangat berpengaruh terhadap konten-konten yang terunggah dan yang muncul pada beranda para pengguna. 

Dengan milyaran jumlah pengguna di berbagai belahan dunia, bias pada kebijakan Instagram dan TikTok sangat berkontribusi pada pembangunan opini publik. Realitas ini dijelaskan dalam teori relasi kuasa Michel Foucault, bahwa terdapat hubungan antara kuasa dan pengetahuan (Syafiuddin, 2018). Dalam hal ini, pihak perusahaan Instagram dan TikTok sebagai pemilik pengetahuan dan kekuasaan. Setiap kekuasaan selalu menghasilkan dan memproduksi kebenarannya sendiri, sehingga dari sini, masyarakat umum digiring untuk mempercayai kebenaran yang telah ditetapkan tersebut.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun