Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Artikel Utama

Negeri "Kagetan"

12 Februari 2012   08:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:45 993 1
Teman saya pernah bercerita 'kaget' merupakan salah satu tanda gejala penyakit jantung. Orang yang sering kaget, bisanya orang itu lemah jantung, yang muaranya orang tersebut bisa menderita penyakit jantung. Kita tahu bahwa penyakit jantung merupakan salah satu penyakit yang menduduki peringkat atas penyebab kematian. Akhir-akhir ini, negeri ini tampaknya sering terkaget-kaget. Jika kagetnya orang per orang, yang berujung ke penyakit jantung, lalu berakibat pada kematian dampaknya hanya pada kematian individu saja. Yang menderita susah hanya keluarganya saja, tetangganya tidak terlalu terpengaruh, apalagi negara,  sama sekali tak merasakan dampatnnya. Namun, bila yang sering kaget itu adalah negara, cukup berbahaya. Bila sampai kolaps, dampaknya luar biasa bagi kelangsungan hidup bangsa dan negara. Bahkan,  bisa menyebabkan musnahnya suatu bangsa dan negara dari sejarah dunia. Tentu hal ini sama sekali tidak kita kehendaki. Apa kekagetan negeri ini? Lihat saja satu contoh peristiwa, tatkala ada seorang pilot tertangkap mengkonsumsi narkoba menjelang ia akan menerbangkan pesawatnya, para pejabat di negeri ini seperti tersentak, kaget. Mengapa hal ini bisa terjadi? Padahal akibat yang akan ditimbulkan akan membahayakan keselamatan penumpang dan warga yang dilintasi pesawat tersebut. Lalu, semua berkomentar. Ada yang menghendaki supaya si pilot dihukum berat atas perbuatannya tersebut. Ada pula yang memberi saran agar perusahaan yang membawahi pilot tersebut diberi sanksi karena tidak bisa mengendalikan anak buahnya. Yang lebih garang lagi memberikan ancaman, agar pemerintah, dalahmhal ini departemen perhubungan, yang mempunyai kewenangan mengeluarkan aturan supaya para pilot dilakukan pemeriksaan berkala sebelum melakukan penerbangan. Masalahnya? Mengapa setelah terjadi pelanggaran baru ribut tentang aturan? Padahal aturan itu sebenarnya sudah ada. Aturan itu sudah dibuat. Yang menjadi problem adalah bagaimana menerapkan aturan tersebut. Kita sadari bahwa kita memang jago dalam membuat aturan, tetapi jago pula melalaikan aturan tersebut. Akibatnya, setiap ada kejadian kita menjadi seperti orang kaget. Peristiwa yang tidak kalah hebohnya akhir-akhir ini adalah kecelakaan moda transportasi umum, bus, yang bertubi-tubi. Puluhan korban mati dan luka berat serta ringan disebabkan oleh musibah itu. Lagi-lagi semua komponen negeri ini seperti kaget. Para pejabat, terutama, segera angkat bicara mencari muka di depan warganya. Dilakukan pencabutan izin trayek bus bermasalah tersebut. Mengapa mesti hanya perusahaanya saja yang dikorbankan? Padahal kita tahu, tiap tahun semua moda transportasi itu dilakukan Kir oleh pemerintah. Jika memang pada saat dilakukan Kir ditemuhi ketidaklayakan jalan, mestinya semua moda transportasi tersebut ya tidak boleh berjalan. Lagi-lagi, kong kalikong, korupsi petugas Kir yang bobrok. Recehan puluhan ribu, yang setara dengan sebungkus rokok mampu menggoyahkan aturan yang berakibat melayangnya nyawa orang. Mengapa pemeritah tidak melakukan kontrol yang ketat terhadap petugas-petugas yang memiliki kontribusi besar terhadap keselamatan nyawa orang dan mengambil tindakan tegas terhadap petugas-petugas yang bobrok itu. Sebagai contoh kongkrit tetang tak terlindunginya warga terhadap moda transportasi umum, bus, tampak di wilayah Lumajang dan Jember. Bus-bus yang melayani jalur Lumajang-Jember lewat selatan sungguh tak layak, memprihatinkan kondisinya. Rata-rata busnya sudah berusia tua, modinya compang-camping, dan mesinnya sering mogok dalam perjalanan.  Bahkan, ada seloroh yang berkembang di masyarakat bahwa "tak usah tertabrak bus, tersenggol saja orang bisa mati. Mati bukan karena luka parah, tetapi karena tetanus akibat bodi mobil yang sudah karatan".  Ah, negeri ini. Kapan bisa sembuh dari penyakit kaget?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun