Terlepas dari agama mana yang benar, semua agama pada ujung-ujungnya adalah kebaikan, akhir dari agama adalah humanisme, agama ada untuk mengatur seluruh mahluk tuhan agar bisa hidup berdampingan secara damai, maka dari itu kita tidak perlu memperdebatkan agama dan membeda-bedakannya, semua ada tempatnya, kita mahluk tuhan hidup sebagai penghuni bumi dengan membawa kebaikan tuhan kepada seluruh mahluknya, dan kita hidup di bumi sebagai hamba yang berbakti pada tuhan. Cara kita menyembah tuhan kita memang berbeda karena kita menganut ajaran agama yang berbeda tapi kita mahluk tuhan yang membawa kebaikan tuhan memiliki cara hidup yang sama, yaitu menyebar luaskan kasih sayang tuhan di muka bumi ini tanpa pandang bulu.
Lantas dari manakah sumber kebenaran yang kita pakai agar dunia ini bisa damai, sedangkan kita saja tidak punya tolak ukur kebenaran yang mutlak, seperti contohnya bagi orang muslim pakaian yang benar adalah tertutup tapi bagi orang non muslim pakaian tidak selamanya harus tertutup, selama tidak mengganggu orang lain dan dirinya itu tidak masalah, memang cara berpakaian kedua hal tersebut berbeda tapi ada satu hal yang sama yaitu pakaian yang sopan, yaitu pakaian yang tidak mengganggu kenyamanan orang lain. Begitupun dengan hal lainnya, tolak ukurnya adalah tidak mengganggu kenyamanan orang lain, dari sanalah kita memiliki tolak ukur yaitu terciptanya etika dan moral.
Setiap manusia memiliki hati, dan sifat dari hati manusia akan selalu mendorong pemiliknya untuk berbuat kebaikan, disaat seperti apapun hati manusia akan lebih condong pada kebaikan dan menolak pada keburukan, misalnya ketika ada orang kelaparan pasti kita akan simpati dan ingin menolongnya, kita juga pasti akan menolak diri kita untuk membunuh orang lain apapun alasannya. Setiap orang yang memiliki kecondongan untuk berbuat dan perbuatan itu dilakukan secara masif maka akan menjadi sebuah kebudayaan, setiap manusia akan sepakat bahwa membunuh orang adalah salah dan menolong orang yang membutuhkan adalah harus, maka kontruksi itu di terapkan oleh akal pikiran manusia.
Namun bagaimana dengan perang ? Bukankah dalam perang membunuh orang adalah harus karena jika kita tidak membuhnya maka dia akan membunuh kita. Jawabannya adalah keyakinan yang kita pegang, apa yang sedang kita perjuangkan ? Jika sebuah kaum saling berperang dan tidak ada yang mau berdamai maka satu satunya jalan untuk mencapai perdamaian adalah salah satu harus musnah, itulah manusia untuk bisa memenuhi hasratnya mereka akan lupa akan hal lain.