Rasulullah mencontohkan untuk mempersiapkan masyarakat sebagai langkah untuk menegakkan Islam. Karena penerapan Islam bukan paksaan sepihak, namun keinginan ummat yang didorong oleh keimanan dan ketaqwaan pada Rabb semesta alam.
Hal ini tercermin ketika Rasulullah bertemu dengan tokoh pemimpin kaum Aus dan Khazraj, bukan meminta kekuasaan dan memaksa mereka menerima Islam. Namun, mereka sendiri yang ingin memiliki rasa tenang dan damai karena sudah tidak sanggup dengan pertikaian antar saudara yang terus menerus berlanjut. Rasulullah pun mendakwahkan mereka lalu mengembalikan mereka ke negeri mereka. Setelah itu, Rasulullah mengutus Mush'ab bin Umair sebagai perpanjangan lisan Rasulullah untuk mendakwahkan Islam ke seluruh penjuru Yatsrib (Madinah). Maha Benar Allah, setelah Mush'ab diutus, tidak ada satu rumah pun yang tidak membicarakan Islam. (Siroh Nabawiyah Ibnu Hisyam)
Sungguh hanya ketenangan pada ummat yang terlihat ketika peristiwa tersebut.  Dan akan terulang kembali jika ummat mau menerima Islam sebagai solusi permasalahan kehidupan. Karena dalam benak ummat saat ini hanyalah benih-benih kapitalisme, mereka hanya berpikir tentang  meraih manfaat dan keuntungan sebanyak apapun tanpa melihat rasa persaudaraan.
Hal  ini dibuktikan dengan isu-isu panas yang melanda negeri ini, Papua bergejolak, pemindahan Ibukota ataupun tarif-tarif pelayanan masyarakat yang terus naik.
Tahun yang seharusnya diperingati sebagai momentum hijrahnya ummat untuk siap menerima Islam sebagai solusi bagi permasalahan kehidupan mereka tercederai oleh sifat rakus dan cinta dunia para oknum yang mengakui dirinya cinta terhadap negeri ini. Jika merasa cinta dengan keadaan negeri ini, maka kita wajib mengembalikan aturan yang ada dengan aturan Sang Pencipta negeri ini, Allah SWT.
Sangat disayangkan, karakter Ummat yang masih menimbang-nimbang menjadikan ummat belum mau berkorban untuk Islam. Â Sudah saatnya kita berubah, kita harus jadikan momen tahun baru ini bukan sekedar memiliki makna hijrah sebagai perpindahan tempat saja. Namun, kita harus yakin bahwa berjuang atau tidak resiko kehidupan adalah kematian, maka kita optimalkan untuk berjalan menuju resiko dengan perjuangan yang indah yaitu dengan kembali kepada cara hidup yang Allah ridhoi yaitu kembali menerapkan Islam secara menyeluruh sebagai solusi permasalahan kehidupan dan sumber ketenangan dunia dan akhirat kita bersama. Wallohu'alam bi ash shawab.