“Hmm, Li, gue beli teh anget di warung itu dulu ya… Lu jangan kemana-mana! Gue cuma sebentar kok!” ucap Reza.
“Iya… Eh, gue nitip cemilan yang ada disitu ya… Pengen nge-gares nih!” balas Liana.
“Iya-iya…”.
Tak lama kemudian, cowok itu kembali dengan membawa dua gelas teh manis hangat dengan semangkuk kacang rebus.
“Nih, gue cuma nemu kacang rebus!” ucap Reza.
“Gak apa-apa deh, yang penting ada garesan…” balas Liana. “Hmm, ngomong-ngomong ada apa nih lu ngajak gue ke sini?”.
Tiba-tiba wajah Reza memerah. Dia terdiam. Malu untuk mengutarakan maksudnya.
“Heiii, jawab laah… Jangan diam saja!”.
“Hmm, gue bingung gimana ngomongnya!”.
“Ada apa sih? Ada cewek yang lo suka? Cerita lah ke gue!”.
Reza kembali terdiam dengan wajah yang kian memerah.
“Za? Cerita dong!”.
“Hmm, iya, Li! Gue suka sama seseorang…”.
“Tuh kan bener tebakan gue! Hayooo siapa cewek itu?”.
“Hmmm…” Reza masih belum berani menyebutkan nama cewek yang di maksud itu.
Liana menatap wajah Reza, masih bertanya siapa nama cewek yang berhasil mengusik ketenangan hati cowok pendiam dan tertutup itu.
“Tapi gue takut! Takut cewek itu benci sama gue kalo dia tau bahwa selama ini dia memiliki pengagum rahasia…” akhirnya Reza mampu berucap.
“Hmm, tenang aja! Perasaan cewek itu ber-variasi, Za! Juga tergantung gimana cara lu menyampaikannya, bagaimana bahasanya, situasinya… Yaaa, lu harus pintar kalo enggak mau kehilangan cewek itu!” ucap Liana menyemangati, tanpa dia sadari bahwa dia lah cewek yang di maksud.
“Menurut lo demikian? Tapi entah kenapa feeling gue tidak berkata demikian. Cewek yang satu itu adalah cewek yang manis, periang namun sensitive dalam hal perasaan, gue takut salah kata sama cewek itu!”.
“Hmm, sebuah kenyataan tidak akan terlihat jika lu tidak mencoba untuk mengintipnya! Cobalah lu tegur cewek itu, beri dia sedikit sinyal bahwa lu menyayanginya, ingin mengenalnya dan ingin menjaganya. Allah pun sangat menganjurkan setiap hambanya untuk saling mengenal! Ingat! Tak kenal, maka tak sayang! Semangat ya!”.
Kata kata Liana barusan semakin membuat Reza bingung. Ingin sekali dia mengutarakan bahwa cewek yang dimaksud itu adalah Liana! Orang yang sedang menasihatinya itu!
“Boleh gue tau siapa cewek itu?” tanya Liana, memecahkan lamunan Reza.
“Eh? Hmm, cewek itu adalah cewek soleha yang baik hati dan bijaksana. Dia cewek istimewa yang sangat penyabar dan penyayang…” jawab Reza, berusaha sejujur mungkin.
“Subhanallah! Beruntung banget lo bisa ketemu cewek soleha seperti dia…” Liana merespons dengan baik.
“Satu hal lagi yang membuat gue bingung…”.
“Kenapa lagi?”.
“Lo kan tau gue bukan cowok yang soleh, gue merasa enggak pantes aja mendekati cewek seperti dia, gue malu!”.
“Kenapa musti malu? Itu seharusnya menjadi sumber motivasi lu supaya menjadi hamba Allah yang lebih taat!”.
“Gue suka sama lu, Li!” ucap Reza pelan, suaranya samar-samar berbaur dengan desingan angin yang berhembus.
“Hah!?” sepertinya Liana tetap mendengar ucapan itu.
“Maaf…” ucap Reza yang salah tingkah.
“Sudah gue duga!”.
Ucapan Liana barusan membuat jantung Reza berdetak lebih cepat, sangat cepat. Dia takut Liana akan merubah sikapnya menjadi seperti apa yang dibayangkannya. Menjauhinya!
“Za? Gue gak lu ungkapin juga sebenarnya gue tau, cewek itu gue! Gue cuma pengen tau aja, apa lo berani untuk jujur sama gue. Ternyata berani! Gue salut sama lu!”.
Reza tersenyum lebar, kini dia dapat bernafas lega.
“Tapi maaf, gue belum siap untuk merubah status kita dari sebuah persahabatan, menjadi sebuah hubungan yang lebih dekat!”.
“Kenapa?”.
“Entah lah, gue masih bingung menjawab apa!”.
Reza menarik nafas kecewa.
“Maafin gue, Za! Tapi kita masih bisa bersahabat seperti biasa kok!” kata Liana dengan senyum.
Reza tak mampu berkata apa-apa.
“Biarlah keindahan sebuah persahabatan tetap menjadi utuh. Tetap indah seperti biasanya! Jika memang kita digariskan untuk menjadi lebih dari keindahan itu, biar Allah yang menuntun kita menuju garis tersebut. Percaya dengan perasaan dan keyakinan masing-masing. Lo cowok yang baik, gue nyaman berada di dekat lo! Dan gue masih ingin merasa nyaman tanpa harus mengubah status kita! Gue paham perasaan lo!” Liana mencoba menjelaskan.
“Tapi, kenapa? Kalau emang lo mengerti perasaan gue, kenapa lo menginginkan kita untuk tetap bersahabat?”.
“Karena persahabatan itu lebih indah daripada pacaran! Allah pun tidak mengajarkan umatnya untuk pacaran…”.
“Yeah, tau deh yang mengerti agama!”.
“Semangat ya, Za! Kita jalani aja dulu! Sepasang anak manusia akan bertemu dengan tuntunan Allah. Percaya lah!”.
“Iya-iya! Gue percaya!” ucap Reza pasrah.
Reza tak menyangka. Kejujuran perasaannya di tolak dengan cara yang amat sangat halus oleh cewek yang sangat dia kagumi. Keteguhannya terhadap agama, kesetiannya terhadap persahabatan dan kepercayaannya terhadap takdir Tuhan. Reza berjanji akan tetap menyayangi Liana, menjaga cewek manis itu.