Engkau berjuang menghidupiku ketika aku masih ada dalam rahimmu.
Sembilan bulan aku bahagia di atas penderitaanmu.
Puncak penderitaanmu tepatnya tanggal 06 April 1995.
Semua orang takut menjalani peristiwa itu
Peristiwa yang dianggap sebagai Hitler-nya Indonesia.
Engkau hanya berserah kepada Yang Maha Kuasa.
Mama ...
Penderitaan itu tidak membuatmu kecewa dan meninggalkankanku.
Penderitaan itu berubah jadi tawa dan senyumman ketika aku melihat dunia yang lebih luas dari rahimmu.
Engkau menyambutku bak seorang raja dan diperlakukan istimewa.
Sampai saat ini aku tidak mengerti maksud dari tawa dan senyumanmu.