Setelah kejadian itu Nina merasa sedih, dia merasa perlakuan temannya itu merasa membuatnya kesal dan tidak nyaman lagi berada di sekolah. Nina berpikir menyusun rencana bagaimana ia bisa menenangkan dirinya dan pergi dari sekolah, karena pada saat kegiatan belajar mengajar tidak boleh ada satu siswa pun pergi meninggalkan sekolah. Akhirnya Nina berencana untuk meninggalkan sekolah pada saat jam istirahat, pada saat itu tubuhnya sudah dalam keadaan gemetar karena kesal, kemudian dingin karena menahan amarah dan mukanya hampir merah karena menahan air mata yang sebenarnya ingin jatuh.Dan jam istirahat pun tiba, dia bergegas keluar kelas membawa tas ranselnya dan ke pos satpam meminta izin keluar untuk mem-foto copy sesuatu, seketika itu juga diizinkan dan tas Nina ditaruh di pos satpam tersebut, saat Nina keluar, ia langsung bergegas lari menuju tukang ojek yang dekat dengan sekolah dan meminta diantarkan ke rumah. Setelah sampai rumah Nina benar-benar meluapkan semua yang sudah ditahannya selama di sekolah dengan sebuah tangisan. Dia memeluk erat gulingnya sambil menangis. Saat Nina pulang suasana di kelas makin ricuh dan banyak teman yang membicarakan Nina. Nina belum pernah melakukan hal senekad ini, ini semua karena dia merasa tertekan. Banyak teman yang membicarakan dia, bahkan mengatakan bahwa ia GILA, hm sungguh aneh dan malang sekali nasib Nina. Seharusnya temannya itu intropeksi apa yang terjadi sehingga Nina senekad itu kabur dari sekolah, bukan malah mencomooh Nina dan mengatakan GILA. Nina tidak mungkin seperti itu kalau tidak ada sebabnya, karena tidak akan ada asap jika tidak ada api.
Begitu lah sekilas cerita tentang si Nina yang malang. Mudah-mudahan tulisan ini bisa memberikan inspirasi untuk dunia pendidikan bagaimana menghadapi hal seperti ini terutama untuk pergaulan di sekolah yang membuat siswa tidak nyaman. Mungkinkah tidak ada pengawasan? Atau ada yang salah dengan diri Nina?