Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Jika Pilihan Kita Bukanlah Pilihan-Nya

7 Agustus 2012   15:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:07 47 0
Rido kembali duduk di warung kopi seberang jalan yang tepat berhadapan dengan toko sembako dimana Anis bekerja. Sengaja dia mengambil tempat duduk yang menghadap kesamping agar sesekali bisa melirik kearah warung sembako, Anis akan sering terlihat mondar-mandir di depan warung jika pembeli sedang ramai. Itu yang membuat kopi racikan mbo Darmi terasa makin nikmat. Biasanya setiap jam 04.45 sore ia akan berada di warung kopi  sampai pukul 05.00untuk menunggu gadis idamannya pulang kerja. Sengaja setelah jam pabrik selesai dia tidak langsung pulang kerumah agar bisa pulang bersama Anis. Tapi sudah satu bulan ini Rido justru akan keluar dari warung kopi sebelum pukul 05.00. Sejak kedua orang tua Anis memilihkan calon pendamping yang di anggap lebih mapan dari seorang buruh pabrik. Anis bahkan pernah bilang kalau Rahmat,calon suaminya telah memiinta anis berhenti bekerja. Karena Rahmat bahkan memiliki toko sembako lebih besar dari toko sembako di mana Anis bekerja.

"aku tidak bisa membantah keinginan ibu mas." keluh Anis ketika Rido meminta penjelasan kepadanya. Rido hanya diam saat itu. Karna dia sadar benar gajinya sebagai buruh pabrik memang tidak seberapa jika dibandingkan dengan penghasilan Rahmat pemilik toko besar yang hampir menyerupai swalayan.

"lagi marahan ya mas sama mba Anis?" tegur Ririn cucu mbok Darmi yang tiba-tiba datang mengagetkan Rido.

"eh.. de Ririn" Rido hanya tersenyum membalas pertanyaan gadis itu. Ririn juga tidak bertanya lagi setelah dia melihat wajah Rido yang seolah memucat mendengar pertanyaannya. Memang bukan urusan Ririn masalah Rido marahan atau tidak dengan Anis, tapi Ririn tau benar selama ini Rido begitu setia setiap hari menunggu Anis pulang, sudah 2 tahun Anis bekerja di toko sembako yang berseberangan dengan warung kopi mbahnya dan selama itu Rido tidak terlihat alpa untuk menjemput Anis pulang. Ririn suka iri jika membandingkan kesetiaan cinta Rido, beda jauh dengan pacarnya yang selalu punya alasan ketika Ririn meminta di jemput dari tempat kerjanya. Tapi sudah sebulan ini setiap kali Ririn mampir ke warung kopi mbah Darmi dia hanya melihat Rido melamun dan akhirnya pergi sebelum Anis keluar dari toko seberang sana. Bahkan tak jarang Ririn melihat sebuah mobil Avanza terlihat parkir di depan toko dan Anis ikut bersamanya.

Rido ngeluyur pergi setelah menghabiskan kopinya. "makasih mbah."

"Aku tunggu di warung bakso biasa,please untuk terakhir kalinya.". sms di hp Anis. Dia berdiri saja di depan toko sambil menggenggam hpnya erat-erat. Dia masih bingung antara menuruti keinginan hatinya yang tak bisa di bohongi lagi bahwa rindu untuk Rido memanng ada atau dia harus tetap menepati janji pada ibunya bahwa dia tidak akan menemui Rido lagi. Andai saja Rido tau, hatinya tersiksa menahan rindu. Rahmat memang orang yang baik terlebih di mata kedua orang tuanya,ia nyaris sempurna. Namun jalinan kasih selama hampir 4 tahun bukanlah sebentar dan mudah begitu saja memutuskannya. Tapi apa yang di katakan ibunya bukanlah hal yang main-main.

"    ibu tidak akan melakukan operasi sebelum melihat kamu menikah dengan Rahmat."

Anis tidak bisa membujuk ibunya untuk mengerti dan memahami cintanya terhadap Rido.

"semoga kamu bisa mengerti maksud ibu Nis, setidaknya jika ternyata operasi itu gagal sementara uang tabunganmu telah habis untuk biaya operasi, ibu tidak terlalu khawatir tentang masa depanmu bersama nak Rahmat."

"Tapi bu,......."

"Nis,alasan apa yang akan kamu katakan? toh selama ini Rido kekasihmu itu tidak memperlihatkan keseriusannya untuk menikahimu. Empat tahun bukan waktu yang pendek."

"Mas Rido janji ko bu, setelah dia di angkat sebagai karyawan tetap di perusahaan tempatnya bekerja tahun ini dia akan menikahi Anis."

"kamu yakin dia akan di angkat menjadi karyawan tetap?"

"iya, karna itu janji perusahaan setelah dia bekerja selama 3 tahun bu."

"siapa yang akan tau ketentuan itu Nis? apa kamu mau kehidupanmu di tentukan oleh jabatan karyawan tetap? bagaimana jika setelah menikah ternyata dia justru di pecat? apa itu artinya kamu akan di ceraikan?"

"Astagfirullah, kenapa ibu berfikir sejauh itu? kenapa ibu tidak berfikir seperti keyakinan ibu terhadap kehidupan mas Rahmat? Harta itu sama-sama titipan kan bu?" Anis masih berusaha membela Rido saat itu.

"Tapi setidaknya niat Rahmat menikahimu tidak memandang semua itu,dia hanya menyampaikan niatnya untuk menjadi seorang suami yang baik buatmu Nis. Tekadnya baik, dan caranya juga baik. Selama empat tahun kamu berpacaran dengan Rido ibu dan bapak selalu khawatir Nis. Kamu anak perawan kami sementara di luar sana ada seorang lelaki yang sering membonceng kamu, mengantar kemana-mana bahkan kadang kamu pergi dengannya tapa pamit kepada kami."

Anis menunduk, ada banyak hal yang ibu sampaikan sehingga dia tidak bisa mengelak atau menyanggahnya. Selama hampir empat tahun iya dekat dengan Rido ternyata kedua orang tuanya sangat berharap Rido segera menghalalkan hbungan itu, Dan apa yang di katakan ibu benar, Mas Rido memang belum pernah datang kepada mereka untuk menunjukan niat baiknya. Dia selalu bilang kalau dia malu untuk melamar Anis kalau pekerjaannya saja masih belum jelas, sekarang setelah tinggal selangkah lagi mas Rido di angkat menjadi karyawan tetap Tuhan mengirimkan sosok mas Rahmat yang secara materi memang lebih mapan dari mas Rido. Meskipun Anis tidak terlalu mengenalnya,tapi menurut kedua orang tuanya dia adalah orang yang baik dan insyaallah shaleh.

"Jika Rido laki-laki yang baik dia tidak akan menjadikan kamu pacarnya sampai empat tahun Nis,seharusnya dia sudah menikahimu sejak lama. Sekarang bapak tidak akan membiarkan kamu seperti ini terus. Sudah ada laki-laki yang baik datang meminangmu, bapak ingin kamu menikah dengannya. Jika bukan untuk bapak,lakukan demi ibumu." itu yang bapak katakan sehingga Anis mengiyakan setelah berfikir cukup lama.

Sekarang di depan toko Anis bukan lagi seorang karyawan,karena setelah mengucapkan salam sbelum keluar tadi adalah kesepakatan bahwa hari ini adalah hari terakhirnya bekerja di toko sembako seberang jalan warung kopi mbok Darmi. Itu artinya keputusannya untuk menikah dengan Rahmat sudah bulat, lalu bagaimana dengan sms yang baru saja dia terima? masihkah perlu menghiraukannya atau Anis harus tega untuk mengabaikannya?.........................................................

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun