Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Jangan Terjebak pada Euforia Pencapresan Jokowi

28 Februari 2014   00:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:24 78 1

Sepuluh tahun berselang, euforia pencapresan itu terjadi pada Jokowi. Saat ini masyarakat tengah dibuai oleh figure Jokowi sama halnya SBY dulu. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat cenderung mudah terbuai oleh “kemasan” sosok Jokowi ketimbang kemampuan kerjanya. Inilah yang dimanfaatkan Jokowi untuk menarik simpati masyarakat.

Pengamat Psikologi Politik Universitas Indonesia, Hamdi Muluk mengatakan jika euforia masyarakat hanya terbatas di sosok Jokowi, tanpa mempertimbangkan potensi pihak lain, maka hal itu akan menimbulkan proses demokrasi yang tidak sehat.

"Harusnya kita tidak cepat puas melihat kemilau ini. Jangan lihat sekejap itu emas, emas. Gawat juga kita, apa betul (Jokowi) ini yang terbaik, buka kemungkinan-kemungkinan, jangan takut, itulah demokrasi yang sehat," kata Hamdi Muluk.

Benar yang dikatakan oleh Hamdi Muluk bahwa masih banyak calon – calon pemimpin yang memiliki kemampuan lebih meskipun tidak di push di media massa seperti Jokowi. Jokowi lihai memainkan isu di media massa dan memanfaatkan sosial media untuk menaikkan citranya sehingga sosok Jokowi dikemas sesempurna mungkin.

Padahal jika kita cermat, kita dapat menilai sosok Jokowi dari kinerjanya semasa menjabat sebagai wali kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta. Jika Jokowi terbukti berhasil di Solo dan DKI Jakarta, mungkin dirinya layak dijadikan salah satu pemimpin pilihan Indonesia. Tetapi nyatanya popularitas Jokowi tidak berbanding lurus dengan kinerjanya semasa di Solo bahkan di Jakarta sekalipun.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun