Mohon tunggu...
KOMENTAR
Film Pilihan

"Khanzab", Film Horor yang Layak Ditonton

16 Mei 2023   13:16 Diperbarui: 16 Mei 2023   13:17 601 1

Beberapa hari setelah tayang perdana, saya dan anak-anak nonton film "Khanzab" usai menonton film "Sewu Dino". Kata anak-anak, masih film bergenre horor. Sebagai penyuka film horor, okelah lanjut nonton.

Beli tiketnya langsung on the spot. Tidak perlu pesan secara online. Setelah tiket di tangan langsung ke Studio 2. Tidak ada waktu jeda. Ketika kami masuk, film baru saja mulai. Jadi, masih bisa mengikuti jalannya cerita.

Waktu saya lihat poster film ini, saya seperti sudah pernah melihatnya. Pantas, ternyata film horor Indonesia terbaru ini terinspirasi film pendek ikonis berjudul Makmum (2017). Film yang juga cukup menegangkan dan banyak ditonton.

Semula saya agak aneh dengan nama judul film ini. Khanzab? Singkat, cuma satu kata. Apakah bercerita tentang jin bernama Khanzab?

Ya, Khanzab adalah salah satu setan yang menambat tugas dari Raja Iblis untuk mengganggu manusia dalam menjalankan ibadah shalat.

Khanzab sering kali membuat manusia terganggu dan tidak konsentrasi saat sedang beribadah. Lupa dalam melaksanakan rakaat, tidak khusyuk, pikiran ke mana-mana.

"Sesungguhnya setan itu bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan salat." (QS. Al Maidah: 91).

Nah, apakah ceritanya tentang itu? Ada kaitannya juga sih, meski menurut saya, sosok jin Khanzab tidak terlalu menonjol juga. Justru yang lebih ditonjolkan sekumpulan makhluk halus dengan beragam rupa.

Apakah makhluk-makhluk halus ini termasuk golongan jin Khanzab? Sebagaimana yang saya pahami, semua makhluk halus dalam istilah syariat dinamakan jin, rajanya namanya iblis.

Sosok Khanzab tidak dijelaskan secara detail. Bagaimana penampakkannya Apakah karena khawatir penonton jadi takut shalat di malam hari? Kalau menurut saya sih kurang berkorelasi.

Dalam film ini, Khanzab lebih cenderung dijelaskan secara tersirat hanya melalui visual saja. Melalui suara-suara. Sementara penampakan makhkuk halus lainnya ditonjolkan.

Peran utama (diperankan Yasamin Jasem sebagai Rahayu) ketika shalat di mushala pasar, ia kerap mendapat gangguan dari makhluk tidak kasat mata tapi terlihat jelas olehnya.

Makhluk dunia lain ini terlihat memenuhi hampir seluruh ruangan mushala. Kehadiran makhluk-makhluk ini membawanya ke dunia lain, ke dunia saat ayahnya menjadi dukun dan tengah "mengobati" pasien.

Kisah film yang digarap oleh Anggy Umbara dan ditulis Vidya Talisa Ariestya, Dirmawan Hatta, dan Riza Pahlevi, ini mengusung latar peristiwa pembantaian dukun santet di Banyuwangi pada 1988.

Sayangnya, peristiwa tragedi ini ceritanya tidak disampaikan secara gamblang. Padahal tragedi tersebut menjadi salah satu pembantaian paling sadis dan tragis di Indonesia.

Di film ini, kala peristiwa pembantaian itu terjadi, Rahayu masih kecil. Ia harus menghadapi kenyataan sang ayah menjadi korban isu liar bahwa ia seorang dukun santet. Ayahnya memang seorang dukun, berteman dengan jin, dan banyak melakukan hal-hal gaib.

Tapi, dia bukan dukun santet. Namun, warga tidak memercayainya. Sang ayah pun dipenggal. Rahayu bahkan menyaksikan sendiri bagaimana ayahnya dipenggal.

Rahayu jelas trauma dan membuatnya terpuruk. Ia benar-benar berubah dari anak yang ceria menjadi pemberontak dan penuh dendam.

Ia pun memutuskan pergi meninggalkan Banyuwangi bersama ibu tiri dan adiknya. Mereka pindah ke rumah masa kecil Rahayu di kawasan Jetis.

Sayangnya, di sini Rahayu dan keluarganya tidak mendapat sambutan hangat dari warga karena dianggcap anak dukun santet pembawa sial. Ia kerap dikucilkan. Dibully secara verbal.

Ke manapun dia pergi, stigma anak tukang santet melekat sekalipun ayahnya sudah mewakafkan rumahnya untuk jadi mushala.
Untuk menenangkan diri, Rahayu biasa shalat di mushala tersebut.

Mushala ini letaknya dekat pasar. Justru di sinilah masalahnya. Mushala ini ternyata menyimpan begitu banyak misteri. Rahayu kerap melihat orang yang shalat di sana, dihantui beragam penampakan.

Rahayu yang shalat di sana pun merasakan sendiri diganggu jin yang membuatnya ketakutan. Rahayu sulit berkonsentrasi. Ibunya mengatakan, jin Khanzab yang mengganggu shalatnya hingga tidak khusyuk.

Ibunya meminta Rahayu jika mendapat gangguan Khanzab lagi, maka ia harus ta'awwudz dan meniuplah ke kiri 3x. Dan, nasihat ini pun dilaksanakan oleh Rahayu.

"Memang begitu, Bun?" tanya anak saya.

"Iya, disunnahkan begitu. Itu sunnah Nabi," kata saya.

Utsman bin Abil Ash R.A berkata pada Rasulullah SAW, "Wahai Rasulullah, setan telah menghalangi antara aku dan salatku serta mengacaukan bacaanku".

Maka Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda, "Itu adalah setan yang disebut dengan Khanzab. Jika engkau merasakan sesuatu (gangguan) maka bacalah ta'awwudz dan meludah kecillah ke kiri 3x".

Utsman mengatakan,"Aku pun melakukan itu, dan Allah pun menghilangkan was-was setan dariku" (HR. Ahmad).


Masalah terus bermunculan karena banyak orang merasa Rahayu dan keluarganya masih menggunakan ilmu santet untuk mencelakai orang.

Film yang disutradarai  Anggy Umbara ini, menurut saya, cukup menegangkan dan mengagetkan. Cukup membuat penonton bergidik dan ngeri menyaksikan adegan-adegan berdarah.

Sebagai film horor, saya dan anak-anak menontonnya cukup puas. Tidak mengecewakan. Para pemain berperan secara apik. Alur ceritanya juga menegangkan, dan tidak jarang sulit ditebak karena rumit dan "melelahkan".

Visualisasi dari rombongan jin yang ditampilkan untuk mengganggu orang yang shalat juga cukup sukses membuat saya dan anak-anak bergidik. Termasuk adegan-adegan berdarah darah.

Penyajian ruang santet juga menyeramkan dengan latar pasca pembantaian dukun santet oleh ninja banyuwangi sekitar tahun 1998. Jumpscare yang berulang-ulang meski serasa dalam wahana rumah hantu, namun tidak terlihat "bohongannya".

Kekurangannya mungkin terletak pada kurang adanya eksplore dari beberapa pemain pendukung. Padahal, para pemain ini bisa dibilang cukup penting dalam membangun cerita dalam film.

Sebut saja Arswendy Bening Swara dan Vonnyanggraini yang berperan sebagai kakek dan nenek Rahayu yang memiliki potensi membantu lebih dalam cerita malah kurang disorot dengan baik.

Oh iya, antara judul film dengan inti cerita sebenarnya tidak terlalu berkorelasi. Karena dalam film ini lebih dominan mengenai santet. Bukan mengupas bagaimana kita menghadapi gangguan jin Khanzab. Bisa dibilang Khanzab hanya sekedar "pemanis" atau cameo.

Meski demikian, bagi saya, film ini layak untuk diacungi jempol. Terbukti, film ini bisa menyaingi kesuksesan "Sewu Dino". Penontonnya tembus lebih dari satu juta orang dalam sepekan setelah tayang di bioskop. Rekomen banget bagi penyuka film horor.  

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun