Saya pijit-pijit suami dengan minyak tawon, lalu memijatnya pakai alat pijat elektrik. Mengerok punggungnya. Juga perutnya. Suami merasa tidak enak di bagian perutnya. Perut terasa kembung.
Ini adalah kejadian ketiga kalinya dalam sebulan ini. Kejadian pertama dan kedua, sama dini hari juga. "Penangangannya" juga sama. Dibalur minyak tawon dan dipijat-pijat. Keesokan harinya, suami beraktifitas seperti biasa.
Karena ini kejadian yang ketiga kali, saya sarankan untuk segera ke IGD RS Jantung Diagram Siloam Cinere, Depok, Jawa Barat. RS khusus penanganan jantung dan pembuluh darah.
Gejala dan indikasi sudah menunjukkan serangan jantung. Suami juga sudah menyakini bahwa ini adalah serangan jantung. Apalagi ditambah dengan mual tapi tidak sampai muntah.
Tapi, suami tetap belum mau ke RS. Kalau tidak "nanti", ya "sebentar", atau "tunggu dulu". Selalu begitu, jawabnya. Padahal, di hari itu, serangan muncul lagi setelah shalat Subuh.
Seharian itu saya tidak bisa tidur. Jadi was-was sendiri. Stress. Pikiran saya tidak tenang. Mau mengetik sudah tidak bisa berpikir lagi.
Saya khawatir ketika terjadi serangan lagi sudah dalam keadaan terlambat. Sementara saya di rumah, bisa apa? Keahlian tidak ada. Ilmu juga tidak punya.
Paling juga bisanya teriak minta tolong kalau ada apa-apa. Dan, itu pasti sudah dalam keadaan terlambat.
Saya hubungi dr. Muhammad Iqbal Sofyan, Sp.M (K). Keponakan suami. Saya tanya harus saya kasih obat apa untuk menangani keluhan Om Boiy. Begitu suami selalu dipanggil oleh keponakan-keponakannya.
"Beli Ascardia tablet 10 biji, 4 biji langsung kunyah dan telan. Trus juga nitrokaf tablet beli 10 biji, 2 biji langsung minum. Itu pertolongan pertama, selanjutnya bawa ke RS," membalas WA saya.
Karena di apotek Klinik dr. Salma tidak ada Ascardia, keponakan suami menyarankan ganti dengan Aspilet. Mengonsumsinya sama. Sebanyak 4 tablet sekaligus dikunyah.
Sesampainya di rumah, saya dapati suami sedang tidur. Ditanya apakah dalam keadaan ngorok atau tidak? Kalau ngorok kemungkinan besar dalam keadaan tidak sadarkan diri atau koma. Saya bilang tidak.
Lalu, saya bangunkan suami untuk segera minum obat. Ini saran dari dr. Iqbal. Biasanya, suami suka menurut kalau itu arahan dari keponakannya. Saya sampaikan juga harus segera ke RS.
"Semakin lama dibawa ke RS semakin banyak otot jantung yang mati. Maka kemungkinan pulih sempurna semakin kecil," saya bacakan WA dari keponakannya itu.
Setelah minum obat, suami tidur. Bangun, suami merasa baikan. Ia merasa tidur mulu badan jadi sakit. Saya ingatkan lagi untuk segera ke RS. Jangan menunggu terjadi apa-apa baru ke RS. Suami masih belum mau.
Kebetulan, kakaknya dan 2 keponakannya datang. Kakaknya adalah ibu dari dr Iqbal. Saya sengaja memang memintanya ke rumah untuk berjaga-jaga kalau terjadi apa-apa.
Setelah melalui "perdebatan", akhirnya selepas Ashar, suami mau dibawa ke IGD RS Jantung Diagram. Butuh waktu tempuh sekitar 1 jam untuk bisa sampai ke sini.
Memang sih, ada beberapa RS yang lebih dekat dari rumah. Cuma, pertimbangan saya, kalau alatnya tidak memadai, lalu dirujuk ke RS lain, apa tidak semakin stress saya? Jadi, saya cari yang aman.