Sebagaimana namanya, kajian ini diadakan setiap Ahad usai shalat subuh berjamaah. Dilakukan secara hybrid. Kali ini membahas kajian hadist, yang mengupas banyak hal.
Salah satunya, mengenai makna mendirikan shalat. Karena dari shalat, kita membangun peradaban.
"Perintahkanlah keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa." (Surat Thaha ayat 132).
"Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya daripada ibadah-ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan". (Surat Al-Ankabut ayat 45).
Dikatakan mendirikan shalat dan mengerjakan shalat beda maknanya. Kalau mengerjakan shalat lebih sebatas hanya menggugurkan kewajiban saja. Terkadang banyak yang mengabaikan kesempurnaan shalat.
Sedangkan mendirikan shalat maknanya jauh dari sekedar itu. Mendirikan shalat lebih memperhatikan tuntunan shalat.
Mendirikan shalat lebih kepada kesempurnaan, sedangkan melaksanakan shalat belum tentu shalat yang dikerjakan itu dalam keadaan sempurna.
Shalat yang sempurna akan membuahkan hasil. Di antaranya, tercegahnya seseorang dari kelakuan maksiat dan buruk.
Maka jangan heran jika banyak orang bertanya mengapa sudah rajin shalat lima waktu tapi perangai dan perbuatannya tidak baik? Masih banyak yang berbuat keji? Berbuat maksiat?
Jawabannya bisa jadi karena mereka melaksanakan shalat tapi masih berupa amalan lahirnya, belum mendirikan shalat yang sesungguhnya.
Dalam mendirikan sholat haruslah dengan tata cara yang benar, baik dari segi bacaan maupun posisi sholat, sehingga tuma'ninah.
Tuma'ninah dalam sholat artinya diam sekejap di setiap gerakan shalat. Misalnya, saat ruku, iktidal, sujud, duduk di antara dua sujud, maka harus ada waktu untuk diam meskipun sekejap.
Lantas apa makna mendirikan shalat sesungguhnya? Ustadz menjelaskan.
KEMBALI KE ARTIKEL