"Ihh!! Gak level banget temenan sama orang miskin! Aku Cuma mau main sama orang kaya!" jawab Sekar dengan nada ketus. "Loh... kok gitu? Bukannya... kita seharusnya main sama siapa aja ya?" tanya Tita yang menjadi sedih. "Sorry sorry aja ya, aku gak bisa banget main sama orang miskin! Budeg banget sih." Jawab Sekar yang semakin marah. Tita yang mendengar itu pun merasa sedih dan meninggalkan Sekar.
Setelah menjalani beberapa bulan di SMA Bina Anak Sekar mulai dijauhi oleh teman temannya karena sikapnya yang terlalu sombong dan senang memamerkan hartanya, sedangkan Tita mulai terkenal dan memiliki banyak teman karena kepintarannya. Selain itu ternyata orang tua Tita adalah orang terpandang di tempat itu. Tetapi walaupun orang tuanya adalah orang terpandang, Tita tetap murah hati dan tidak membeda bedakan orang lain. Di suatu hari, Sekar yang tidak senang melihat Tita pun segera melabraknya. " Heh! Maksud kamu apa ngambil temen temen aku?! Kamu kira kalo kamu anak orang terpandang kamu hebat?! Engga!" Kata Sekar yang tersulut emosi. "Hah? Apa sih Sekar?! Aku kan Engga ngapa ngapain! Aku juga gapernah buat masalah sama kamu!" Tanya Tita yang mulai lelah dengan semua ini. "Kamu tuh udah ngambil semua dari aku!" Jawab Sekar. Merekapun lalu berkelahi dengan hebat.
Saat itu ada guru yang bernama Pak Harta melihat mereka berdua berkelahi, ia segera mendatangi mereka dan menghentikan mereka. "Hei, ada apa ini? mengapa kalian berkelahi?" Tanya Pak Harta sembari mengerutkan jidatnya. "E-ee ini pa-" "Tita pak! dia mengambil semuanya dariku!" Jawab Sekar yang menyela perkataan Tita. "Haduh, kalian berdua ikut saya pergi ke BK!" Jawab Pak Harta yang segera menarik mereka berjalan ke ruang BK. Di ruang BK mereka segera duduk di depan Pak Harta. "Kalian itu kenapa harus berantem sih? Kenapa ga diselesaikan secara kekeluargaan?" tanya Pak Harta. "Gatau pak! Tiba-tiba Sekar marah-marah ke aku, padahal aku kan ga ngapa-ngapain!" Jawab Tita dengan raut wajah yang bingung bercampur marah. "Ya kamu duluan kok! ngambil temen aku, ketenaran aku. Apa lagi yang mau kamu ambil?! Orang tuaku?!" Jawab Sekar. "Hei sudah! seharusnya kalian ini tidak boleh berkelahi, apa lagi dengan masalah sepele seperti ini. kalian itu udah besar! ga pantes membesarkan masalah yang sepele." Kata Pak Harta yang membuat Sekar dan Tita terdiam merenung.
Mengetahui jika apa yang Ia perbuat salah, Sekar pun segera meminta maaf kepada Tita. "E-ee anu Ti.. Maafin aku ya.. Aku ga bermaksud, aku tadi cuma kebawa emosi aja.." "Iya, gapapa. Lain kali pikirin dulu dong. Jangan karena kebawa emosi tiba-tiba kamu marah-marah ke orang." Jawab Tita yang kesal. "Iya.. maaf." Sahut Sekar. "Nah gitu dong, yang akur." Sahut Pak Harta yang terlihat senang. Akhirnya merekapun berteman dan Sekar tidak membeda-bedakan teman lagi.