Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Wow, Ocehan si Perempuan Antipati Ibu Hamil Menjadi Berita Nasional

17 April 2014   17:43 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:33 242 2
"Benci sama ibu-ibu hamil yang tiba-tiba minta duduk. Ya gue tahu lw hamil tapi plis dong berangkat pagi. Ke stasiun yang jauh sekalian biar dapat duduk, gue aja enggak hamil bela-belain berangkat pagi demi dapat tempat duduk. Dasar emang enggak mau susah.. ckckck.. nyusahin orang. kalau enggak mau susah enggak usah kerja bu di rumah saja. mentang-mentang hamil maunya dingertiin terus. Tapi sendirinya enggak mau usaha.. cape dehh," tulis wanita itu yang bertagar #notetomyselfjgnnyusahinorg!!

Hayo, siapa yang sudah membaca ocehan ini perempuan?Angkat kaki????

Bagi yang aktif di sosmed seperti twitter dan facebook pastinya sudah lah yah membaca tentang ocehan perempuan bernama dinda itu.

Saya, di fb saya saja sudah melihat entah berapa kali teman menshare berita ini ke timeline mereka. Dan bisa ditebak, rata-rata kecaman dan demi kecaman lah yah yang dituliskan dalam ruang komen oleh para pembaca. Saya sendiri juga gregetan sih baca komentarnya.

Sebegitu tidak berperasaan kah si dinda itu? Padahal dia juga perempuan yang suatu saat akan mengalami tahapan yang si ibu hamil alami.

Bagaimana bisa si dinda begitu sarkasnya memojokan seorang ibu hamil yang mungkin saja hanya sekali itu minta tolong kepadanya untuk meminjamkan kursi yang sudah didudukinya.

Membaca komentar-komentar yang mengecam postingan si dinda ini, saya sepakat dengan para komentator, mestinya adalah toleransi dia yang masih muda, terhadap si ibu hamil itu.

Tapi kenapa dinda bisa se ego itu yah?

Menyadari postingannya mendapat kecaman dari banyak orang, si dinda (melalui artikel yang dimuat di kompas) membuat postingan pembelaan dirinya, namun tetap menyiratkan betapa egonya dia.
"Path gw nyebar gara2 statemen ibu hamil yaa.. ayo monggo yang judge gw ngerasain dulu tiap hari naik kereta trs tiap hari berangkat abis subuh cuma biar dapet tempat duduk.. emg lw smuaa pada ngertiii kaki gw pincang2 gara2 geser tulangnya.. gak kan.. makanyaa gw bela2in berangkat jam 5 pagi buat dapet tmpat duduk..eh tiba2 ada ibu2 hamil baru masuk kereta jam 7 pagi.. gw udh lari2an jam 5 pagi jgn pada maunya cuma dingertiin doag para ibu.. emg gw belum hamil tapi kaki gw sakit aja gw ngerti ga mau nyusain org ko.. pliss sama2 dong kita saling ngerti jgn cuma maunyua enaknyaa doang yaa ibu2.. ayoo sinii yg ngejudge ikut sayaa yaa berangkat dari rumah saya jam 5 naik kereta tiap hari dari rumah saya 1 kali naik ojek trs 2 kali naik angkot lho ke stasiun.. ikutin aja rutinitas saya tiap hari kalo ga ada komen apa2 berarti saya yang berlebihan.. hehe..," tulis Dinda. (kutip dari kompas)

Dari postingannya yang panjang itu, si dinda merasa apa yang dilakukan terhadap si ibu hamil bukan suatu masalah besar yang perlu diperguncingkan bahkan sampai dimuat di media online nasional Kompas pagi ini.

Sungguh miris memang, melihat kesosialan masyarakat yang hidup di kota besar. Hectic dan hiruk pikuk kota besar telah menjadikan seorang dinda yang mungkin juga dinda- dinda yang lainnya menjadi wanita yang tidak perduli keadaan sekitarnya.

"Siapa luh Siapa Gueh"

Tidak bisa dipungkiri, memang sudah begitu lah jiwa yang terbentuk kebanyakan masyarakat yang hidup di kota besar. Setiap orang ingin cepat, setiap orang berlomba mendapatkan kenyamanannya sendiri. Menutup mata bahwa ada yang lebih membutuhkan sebuah kursi kereta dibanding dirinya.

Segala upaya yang si dinda rasa sudah diperjuangkannya untuk mendapatkan kursi di kereta itu lah yang menutup mata hatinya akan arti sebuah "Kepedulian"

Dia merasa, dia sudah berjuang untuk kursi itu, dan dia merasa kenapa si ibu juga tidak melakukan hal yang sama?

Memang ada benarnya, pembelaan si dinda itu jika saja bukan seorang ibu yang sedang hamil yang meminta kursinya.

Seorang ibu dengan kondisi yang sedang hamilĀ  pastilah tidak akan seleluasa seorang dinda yang bisa bangun pagi, yang jam 5 pagi bela-belainĀ  lari-larian untuk dapet kursi di kereta.

Mata hati seorang dinda memang sudah tertutup dengan ke "Aku"annya. Sebenarnya hal sepele memang, tapi ketidakpedulian seperti itu perlu diredam.

Konsepnya manusia tetaplah makhluk sosial yang selalu membutuhkan sesamanya, tak terkecuali kita yang hidup di kota besar.

Dinda dan ocehannya bisa menjadi refleksi kepada diri kita masing-masing, apakah di saat kita mengalami situasi yang dinda alami, kita akan mengoceh hal yang sama?????

Neiy Foenale

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun