Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan

Big TV Menipu, Pelayanan Konsumen Kian Memprihatinkan

18 Agustus 2014   05:43 Diperbarui: 4 April 2017   18:11 6239 0
Peluang usaha di masa ini memberikan ruang yang teramat lebar hingga-hingga para pelaku yang belum teruji dalam hal pelayanan pun kian marak bermunculan.  Big TV dalam hal ini, sebagai salah satu penyedia jasa layanan TV satelit berbayar di Indonesia, terkesan kewalahan memenuhi permintaan para calon pelanggannya sebagaimana juga banyak terlihat di pemberitaan-pemberitaan media online secara umum.

Salah seorang pelanggan Big TV yang mengaku pernah dikecewakan, berinisial bb (31), berdomisili di kisaran Mantrijeron, Daerah Istimewa Yogyakarta, menceritakan keluh kesahnya kepada kompasiana.com/negrisalahurus saat ditemui di kediaman.

"Saya dapat informasi mengenai Big TV dari internet dengan alamat selengkapnya: http://www.berniaga.com/Big+Tv+Promo-20365545.htm#laporkan-iklan; waktu itu tepatnya Sabtu, 12 Juli 2014.  Langsung saya hubungi nomor hp di website.  088806866955, mengaku namanya Ian.  Dia nggak ngasih nama lengkapnya, dan pada saat itu saya belum merasa itu penting", tutur bb.

"Sedari awal saya juga sudah merasa dipermainkan dengan harus menunggu teknisi selama hampir 2 jam sampai-sampai harus saya batalkan semua agenda pagi saya", bb bercerita setengah mengeluh.

"Beberapa sikap kurang profesional juga terlihat di saat prosesi pemasangan yang memakan waktu hampir 3 jam namun sampai sekarang bukannya membaik malah mati sama sekali."

Di saat kompasiana.com/negrisalahurus menanyakan alasan dia memilih Big TV, bb menjelaskan, "Saya tertarik dengan Big TV karena ada promo dengan hanya Rp800.000,- parabola sudah bisa menjadi hak milik saya ditambah layanan seluruh channel selama 3 bulan yang diikuti dengan channel sisa selama seumur hidup."

"Kalau diulas sekarang memang jelas sekali berlebihannya, tapi saat itu saya memang sedang mencari layanan TV berbayar", kisah bb.

"Sekarang orang yang bernama Ian itu boro-boro mao balas sms saya, bahkan  telepon pun sudah sama sekali tidak diangkat."

"Kemarin (Jum'at 16 Agustus 2014, red) sesaat sebelum teknisinya, mas Hadi namanya, menelpon saya dan mengaku sedang berada di kantor Big TV, tiba-tiba saja tv-nya menyala lalu berangsur-angsur sinyalnya membaik.  Hingga, saat teknisinya datang, tv seakan-akan tidak bermasalah."

"Sempat saya sindir dengan pura-pura bertanya apakah mungkin disetel dari kantor.  Pastinya, sudah dapat ditebak, jawabannya jelas tidak."

"Teknisinya lalu kemudian seperti seakan-akan memperbaiki posisi parabola untuk medapatkan sinyal yang lebih baik.  Sinyal seperti tidak ada gangguan, hingga akhirnya teknisi itu pergi meninggalkan tempat saya.  Dan sudah dapat ditebak, sinyalnya kemudian perlahan menghilang lg."

"Saya ada keyakinan bahwa sang teknisi yang paling bertanggung jawab serta mengerti seluk beluk penyetelan tv tersebut malah yang menjadi aktor utamanya.  Sosok Ian di atas hanyalah kamuflase untuk menutup-nutupi pelaku kejahatan yang sebenarnya, yaitu si teknisinya, mas", simpul bb.

"Senin pagi <18/08, red>, tiba-tiba untuk pertama kalinya datang teknisi baru.  Kami berdua menuju ke tempat dimana antena dikatakan oleh teknisi pertamanya 'SUDAH TERPASANG'.  Ternyata, biaya pemasangan yang selama pernah ini saya bayarkan, cuma efektif buat ganjal parabola yang notabene adalah properti milik saya, ditumpuki sama batu-batu di loteng.  Terlebih lagi tempatnya itu lho, persis di bawah kayu untuk jemuran.  Lha, saya pikir sudah permanen.  Yah kalau begini sih pasti goyang, wong labil sekali in posisinya.  Belum lagi kalau ada yang ngejemur baju, yah otomatis hilang sinyal."

"Saya jelas merasa tertipu donk, mas", ketus bb setengah mengamuk.  "Permainan apapun, walau kecil-kecilan, tetap merugikan konsumen, menurut saya.  Dan saya yakin semua pasti setuju bahwa negara kita sudah saatnya berkembang menjadi lebih baik, tidak lagi seperti dulu, yang masih cenderung tidak ada kepedulian, tidak jujur, selalu ada permainan kalau bukan skim, dan pelanggan atau konsumen hanya menjadi target bulan-bulanan aksi penipuan, besar ataupun kecil."

"Belum lagi pada saat dipasang ulang antena oleh si teknisi baru, Farid, teknisi sebelumnya menelpon sembari seperti marah-marah, yang saya pahami pastinya dia akan takut karena memang sudah saya infokan bahwa saya punya kenalan dari media, online maupun cetak."

"Sakit hati saya seharusnya diakomodir oleh pihak management Big TV, tapi biar lah kalau seperti tidak dipedulikan, saya akan terus bawa ini ke lembaga-lembaga terkait, pihak-pihak yang berwajib, sebagai pelanggan yang dirugikan haknya, dan akan kita tuntut para pelakunya di lapangan, siapapun mereka."

"Bersamaan dengan datang si teknisi baru , kebetulan saya sempat ngobrol dengan teman yang berbarengan menginstalasi Big TV.  Dia bilang, yang saya pakai itu melalui agen.  Jadi teknisinya juga bukan teknisi resmi.  Wualah mas, rasanya mau gelap mata saya ini.  Mana saya lupa lagi sewaktu decodernya dibawa sama teknisi yang baru itu, tidak ada tanda terima", bb mengeluh.

"Pas saya coba kontak si teknisi baru bilang sorenya sehabis maghrib decoder yang baru akan diantar berikut tanda terimanya.  Bener-bener ngebingungin prosesnya.  Kapok saya mas, berurusan dengan melalui online di negara kita ini.  Terlalu banyak permainan-permainan yang pastinya merugikan pada akhirnya."

Teramat disayangkan, apabila hal serupa terjadi juga pada diri kita semua.  Bb sebagai pelanggan yang merasa dirugikan mendorong negrisalahurus.blogspot.com agar dapat menghimbau kepada pihak-pihak yang berwajib serta berkaitan dengan perlindungan konsumen untuk segera mengambil tindakan yang diperlukan demi kenyamanan kita bersama.

"Tokh kita semua adalah konsumen, kan?", kilah bb mengakhiri pembicaraan.

nsu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun