Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Seekor Kerbau dan Pak Buya

4 Februari 2010   03:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:06 526 0

Seekor kerbau telah membuat seluruh warga kelurahan jadi geger. Gara-gara diseret-seret sekelompok anak muda nakal dijalanan. Entah apa maksudnya sekelompok anak muda itu menyeret-nyeret seekor kerbau di jalanan, sehingga Pak Buya Ki Lurah di desa itu jadi gundah hati melihatnya

Hari itu ada acara pawai dijalanan yang tujuan akhirnya adalah Kantor Kelurahan, yang diadakan sekelompok anak muda ‘nakal’untuk mengekspresikan ketidak-puasannya atas langkah-langkah Pak Buya dalam tiga bulan pertama masa Pak Buya jadi Ki Lurah untuk yang kedua kalinya di kelurahan itu.Memang dasar usil dan nakal, sekelompok anak muda itu menuliskan susunan huruf di tubuh kerbau itu, yang mirip-mirip inisial nama pak Buya. Inilah yang mungkin membuat Pak Buya gundah hatinya, inisial yang mirip namanya dibawa-bawa, dan dtempelkan ditubuhkerbau. Ada semacam kekecewaan terhadap sekelompok anak muda itukenapatidak lagi mengindahkan etika, dengan menuliskan inisial nama yang mirip diri Pak Buya di tubuh seekor kerbau.Sehingga sampai-sampai Pak Buya Curhat kepada Tukang Dongeng Keliling di kelurahan itu tentang kekecewaannya. Dan jadilah satu kelurahan itu tahu tentang kegundahan hati Pak Buya.

Kegundahan hati Pak Buya tak urung membuat kegaduhan dikalangan pendukungnya, yang merasa tersinggung dengan ulah sekelompok anak muda itu, yang tidak hanya dianggap telah menyinggung diri Pak Buya, tapi juga menghina lambang-lambang kelurahan.Namun ada seoarang mantan ketua lembaga musyawarah kelurahan yang menasehati, bahwa menjadi Ki Lurah itu harus siap dengan ulah usil sekelompok anak muda seperti itu, seperti masa-masa yang pernah dialaminya waktu itu dimusim pancaroba, apalagi sekarang semuanya sudah terbuka, tidak bisa lagi melarang ini itu, namanya juga anak muda yang suka usil dan nakal, kata-katanya memang suka membuat merah telinga dan kadang-kadang kelakuannya suka membuat jengkel hati yang melihatnya.

Menurut saya, kalau saya jadi Pak Buya, tak usahlah direspon terlalu berlebihan anak-anak muda yang usil dan nakal itu. Sebab dalam suasana batin anak usil dan nakal, memang ada kecenderungan suka cari perhatian, suka menabrak aturandan sering berpikir diluar kebiasaan yang itu merupakan bagian dari kecerdasan keusilan dan kenakalannya. Kalau ditanggapi keusilannya secara berlebihan, semakin senang dan bersemangatlah mereka, adrenalin mereka semakin naik, dan itu bisa membuat mereka bangkit kekreatifannya untuk semakin usil. Dan akhirnya malah bisa merepotkan diri Pak Buya sendiri nantinya sehingga akan menjadi semakin pusing dibuatnya.

Tetapi apa mau dikata, pak Buya juga seorang manusia biasa yang punya rasa, wajarlah kalau kecewa dan gundah hatinya melihat kelakuan anak-anak muda itu.Yang menurut saya, Pak Buya yang halus tutur katanya dan lembut hatinya, dan dulunya mungkin tak pernah menjadi anak yang suka usil dan nakalseperti saya, masih beruntunglah anak-anak muda itu, Pak Buya tidak menggunakan kekuasaannya untuk membalas tingkah laku mereka. Dan reaksi Pak Buya paling banter hanya ‘CURHAT’ kepada Tukang Dongeng Keliling Kelurahan tentang kegundahan hatinya.

Untunglah yang jadi Ki Lurah Pak Buya bukan saya. Kalau saya yang jadi Ki Lurah tidak lagi perlu pakai kata-kata untuk menanggapinya, sebab anak yang usil dan nakal itu selalu punya banyak alasan, dan saya tak mau berbalas pantun dengan mereka. Kalau misalnyamereka ditanya kenapa kamu membawa-bawa kerbau di jalan raya, tentu jawabnya bisa seperti cerita maling yang ketangkap diseberang pulau dekat tempat kuliah saya dulu, “kenapa kamu maling sapi?” , jawab maling yang ketangkap basah itu, “siapa yang maling sapi, wong saya cumanarik tali dan sapinya ikut” . Dan kalau ditanya “kenapa kamu menuliskan inisial nama yang mirip dengan nama saya?”, jawabnya bisa macam-macam, misalnya “Jangan Ge-Er dulu pak, lha wong ini nama inisial yang punya kerbau, biar kalau lepas gampang nyarinya “ , atau bisa juga jawabnya, “ Yang punya kerbau mau ikut pawai tidak bisa, jadi dia mewakilkan kepada kerbaunya untuk mengikuti pawai ini dan menuliskan nama inisialnya di tubuh kerbaunya sebagai tanda kehadirannya, kalau inisial namanya hampir mirip dengan inisial nama bapak, ya kebetulan ”.

Karena itu kalau saya yang jadi Ki Lurah, tidak pakai panjang kata lagi, saya suruh aparat kelurahan untuk nangkap itu kerbau, dengan dalih kerbau bisa melanggar ketertiban umum, dan melanggar peraturan kelurahan, karena pawai pengungkapan ekspresi hanya untuk manusia dan hanya boleh manusia yang ikut, spesies lain semacam kerbau tidak boleh ikut, karena bukan manusia dan tidak tercatat sebagai warga kelurahan dan kerbau tidak punya urusan dengan manusia, dan tidak punya hak untuk mengikuti pawai ekspresi karena dia bukan warga manusia. Dan kerbau itu akan saya potong dan cincang untuk saya bikin sate, sop dan soto (yang ini masakan favorit kampung kelahiran saya yang serba daging kerbau) untuk pesta warga sekitar Kantor Kelurahan, dan biarlah anak-anak muda itu berurusan dengan yang punya kerbau. Karena ini sudah menyangkut eksistensi Ki Lurah, dan eksistensi saya sebagai Ki Lurah, tidak boleh ada yang menyama-nyamainya dalam satu wilayah Kelurahan, jangankan orang, apalagi cuma kerbau, kucincang habislah dia,….Dan ENAK SAJA masakada KERBAU yang mau jugadiseret-seret untuk menyama-nyamai saya,dansaya sebagai Ki Lurah disama-samakan dengan KERBAU ….. yang memberi kesan lamban dan bodo,…..yang benar saja…….

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun