“Dengar, pergilah sejauh mil-mil terjauh. Pergilah untuk mencari jalan pulang, ke rumahmu, Anakku.”
Telah lama pintuku tak terketuk. Rinduku sampai hingga pucuk. Terkulai pada mahadaya yang terlupa: Gusti. Benih rindu ini, Gusti, mengakar sampai paru. Menyumbat arteri-venaku. Sesak.
Hujan berhasil mengembangbiakkan rindu jadi ragu. Bulir-bulirnya bisu, pun aku dalam tunggu. Di mataku, hujan menunggu Kau datang membawa payung Kita. Meneduhkan dahaga akan tunggu.
Sehampar kenang gula-gula, melayang dalam kepala. Merindu masa muda penuh gelora. Tua, terkadang, hanyalah gumpalan sia-sia.
“Aku mau pulang.”
[AG, Depok, Maret 2011]