Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Buat Apa Menghujat Matahari?

19 Oktober 2010   18:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:17 101 0



Selamat malam, Biru. Kepala ini

lebam isinya. Apa kau tahu sebab

semesta muram? Siapa

sedang berusaha memakamkannya,

perlahan?

Ia tak pernah cemburu. Tidak ada

pamrih. Tiada mengeluh. Terima

kasih, peluh.

O, aku lupa. Pun Ia tak

ada pernah berniat

sombong. Bukan Ia si pembuat hati

berongga, sombong. Si penguap barisan

kata yang tertunda ucap, pun bukan Matahari.

Mungkin lainnya, mentari.

Mentari kerap pergi,

diam-diam. Beranjak. Matahari bergerak.

Tak pernah benar-benar berjarak.

Ia, yang setia, mengamini

bait-bait para pendoa.

Hari masih separuh saat gelap

bergulir. Lusinan doa terapal,

cepat-cepat. Mengiringi Matahari,

lambat-lambat.

Tak akan ada Ia lagi

setelahnya.

----------------------

Depok, 2010

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun