Maraknya penggunaan media sosial, politik tidak lagi hanya diperdebatkan di ruang parlemen atau forum diskusi formal. Instagram, Twitter, hingga Tiktok kini menjadi arena politik baru. Tempat di mana para politik berkompetisi, membangun citra dan memengaruhi persepsi public. Kemampuan untuk menciptakan narasi personal yang dapat menggugah emosi telah menjadikan media sosial alat utama bagi politisi dalam membangun popularitasnya. Namun, di balik kemudahan dan banyaknya ketersediaan yang diberikan media sosial, apakah akan membawa demokrasi yang lebih baik, atau justru menyeretnya ke dalam jurang polarisasi dan manipulasi?
KEMBALI KE ARTIKEL