Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Ini Medan, Bung!

21 Oktober 2010   14:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:13 628 0

Halo, kamu yang di ujung sana J

Pernah datang ke Medan? Ibukota Sumatera Utara itu adalah kota saya, kalau boleh saya berimajinasi. Saya sebut kota saya, karena di Medan-lah saya belajar mengenal kehidupan (seperti seorang pujangga saja kalimat barusan…).

Medan adalah kota sejuta klakson, Kawan. Kalo main ke Medan dan tak siap mendengar suara ribut ketika sedang di jalan raya..maka, yakinlah Kawan, dirimu tak akan bisa menikmati Medan sesungguhnya. Bersiaplah mendengarkan variasi yang sangat luas dari berbagai jenis klakson. Bunyi tetet, tutut, teeeetttttooooott, bunyi tetitotutituteto…Oh ya, sungguh menyenangkan membiarkan gendang telinga ini dihibur oleh polusi suara seperti itu. Saya pernah ingin memasangkan terompet besar di bagian belakang mobil supaya saya bisa balas nglekson ke kendaraan di belakang saya.

Cerita tentang Medan sesungguhnya juga bukan hanya tentang klakson. Medan sesungguhnya adalah kota yang tidak rapi. Banyak bangunan yang berdiri terlalu dekat ke jalan raya. Oh tidak, anak kecil saja tau betapa berbahayanya berdiri dekat jalan raya. Banyak mobil, bisa-bisa keserempet. Tapi, ya itu Medanku.

Medan sesungguhnya adalah kota yang panas. Ya…semua tempat di bumi sebenarnya sedang panas sekarang.

Medan juga adalah cermin betapa tidak enaknya hidup di kota yang tidak tertib lalu lintasnya. Kamu Kawan, akan di marahin kalau saja berani mematuhi lampu lalu lintas. Ya…tidak semua penghuni Medan tidak patuh, tapi sepertinya jumlah yang patuh jauh lebih sedikit. Secara statistika, jumlah pengemudi yang patuh berada di bagian ekstrim kanan dari kurva normal. Bagian ekstrim kiri adalah mereka yang pakai baju seragam dan mengaku boleh saja melanggar peraturan lalu lintas. Bagian tengah dari kurva normal adalah mereka yang tidak mau tahu apakah di Medan pernah tercipta peraturan lalu lintas.

Oh..jangan kira saya tidak suka tinggal di Medan. Saya suka, sangat. Cinta malah. Semua kesusahan yang ada di Medan itu saya yakin sebenarnya bisa jadi semacam penarik untuk wisatawan. Saya terpikir sebuah konsep tur malam, namanya “Medan Seram”. Untuk mendukung tur itu, harus ada sebuah menara pandang yang tinggi, letaknya kira-kira di titik nol kilometer Medan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun