Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ruang Kelas

Efisiensi Pemantauan Jentik dengan Sistem Digital (FLOJEN) Berkat Kolaborasi Dinas Kesehatan Kab. Kudus dengan Mahasiswa Universitas Negeri Semarang

2 November 2024   10:09 Diperbarui: 2 November 2024   13:50 9 0
Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) terus meningkat setiap tahunnya, menjadikan ancaman serius bagi kesehatan khususnya dikawasan tropis. Salah satu daerah dengan jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) tertinggi di Jawa Tengah adalah Kabupaten Kudus. Jumlah kasus demam berdarah di Kabupaten Kudus berfluktuasi namun meningkat signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2019, terdapat 418 kasus demam berdarah dan 13 kematian, dengan Case fatality Rate 3,1%. Pada tahun 2020, terdapat 40 kasus demam berdarah dan 5 kematian, serta case fatality rate kasus ebesar 12,5%, tertinggi ketiga. Angka tersebut jauh dari target sebesar 0,80% kasus DBD di Indonesia pada tahun 2020. Pada tahun 2021, terdapat 137 infeksi demam berdarah dan 3 kematian, dengan case fatality rate sebesar 2,2%. Selain itu, jumlah kasus DBD  pada tahun 2022 sebanyak 553 orang dan meninggal sebanyak 8 orang sehingga menyebabkan angka kematian  sebesar 1,5% . Selanjutnya, pada Januari hingga Juni 2024, terdeteksi 211 kasus baru DBD di Kabupaten Kudus, 87 di antaranya adalah siswa sekolah dasar (5 hingga 14 tahun).

Sekolah, sebagai salah satu tempat yang rentan bagi penyebaran jentik nyamuk membutuhkan solusi pemantauan yang cepat dan tepat. Sejalan dengan program yang telah dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus dalam upaya intervensi pencegahan DBD yaitu SIMANTIK (Siswa Pemantau Jentik) dan SBN (Sekolah Bebas Nyamuk).  Mahasiwa Universitas Negeri Semarang hadir dengan Inovasi Digitalisasi Formulir Pemantauan Jentik (FLOJEN / Formulir Online Pemantauan Jentik).

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun