Udara pagi yang sejuk di akhir pekan menyapu lembut permukaan kulitku ketika aku melangkahkan kaki keluar rumah. Langit kelabu nan sendu yang menyempurnakan suasana pagi itu seakan mendukung rencanaku untuk mengunjungi museum yang berada di lereng Gunung Merapi. Aku bersama tiga orang temanku yang sudah mengenakan pakaian yang senada dengan cuaca dan tempat yang akan dikunjungi hari itu memulai perjalanan kami untuk mengeksplorasi kekayaan budaya dan sejarah dengan sangat antusias, yaitu berkunjung ke Museum Ullen Sentalu. Kami menggunakan sepeda motor untuk menambah kesan kebersamaan sekaligus menikmati sejuknya cuaca di penghujung bulan Agustus. Kondisi jalan menuju museum cukup ramai dan lancar, banyak kendaraan seperti mobil, motor, dan bus berlalu lalang di Minggu pagi untuk ke tujuannya masing-masing. Waktu yang kami tempuh untuk sampai ke destinasi sekitar satu jam. Sesampainya di museum, kami membeli tiket dan langsung menuju lobi untuk menunggu giliran panggilan untuk memulai tur. Kehangatan yang kami ciptakan di ruang tunggu bernuansa industrial itu berupa tawa, canda, dan perbincangan kecil mampu menepis rasa bosan kami yang tidak menggunakan gawai karena sinyal tidak tersedia di lokasi tersebut. Keheningan di sela obrolan kami yang menyelimuti lobi itu justru menambah kedamaian suasana. Tak terasa 30 menit berlalu, Mbak Tina, selaku pemandu tur kami pada hari itu memanggil rombongan kami untuk berkumpul karena tur akan segera dimulai. Sapaan hangat yang dilontarkan Mbak Tina sebelum tur berlangsung nampak seperti kerabat yang sudah lama tidak berjumpa, membuat kami sama sekali tidak merasa canggung. Mbak Tina adalah sosok wanita berumur sekitar 30-an yang sangat ramah dan berpengatahuan luas dengan aura positifnya yang selalu terpancar sehingga kami merasa dekat dan nyaman dengan beliau selama perjalanan di museum.Â
KEMBALI KE ARTIKEL