Indonesia memiliki grand master muda, yakni Medina Warda Aulia. Gadis kelahiran Jakarta tahun 1997 ini mendapatkan gelar grand masternya pada usia 16 tahun 2 bulan. Medina juga merupakan pemegang rekor murni dan dunia sebagai pecatur yang mampu mengalahkan 650 pecatur lain pada kompetisi Indosat Grand Master Chess Match. Atas prestasinya di bidang catur, Medina memperoleh penghargaan Setya Lancana Wira Karya dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2008 lalu.
Di Indonesia juga, tercatat sarjana kedokteran termuda, yakni Rafidah Helmi, mahasiswi lulusan Unissula Semarang. Rafidah Helmi memperoleh gelar sarjana kedokterannya pada usia 17 tahun pada 2016 lalu. Rafidah masuk sekolah dasar pada usia empat tahun dan selama menempuh pendidikan SD, SMP, dan SMA, Rafidah selalu menjalani program akselerasi sehingga ia telah terdaftar sebagai mahasiswa di usianya yang ke-14. Baginya tidak ada hal khusus untuk mendapatkan prestasinya sekarang, ia menuturkan jika yang terpenting adalah menentukan tujuan dari awal dan bersungguh-sungguh dalam mencapai tujuan tersebut.
Beberapa contoh pemuda pemuda berprestasi di atas setidaknya membuktikan jika tidak ada kata terlalu dini atau terlalu cepat dalam mengukir prestasi. Prestasi tidak harus selalu sesuai dimulai langsung dari sesuatu yang besar, mengukir prestasi dapat dimulai dari sekedar menekuni hobi dengan serius. Bila menyukai akademik, maka berprestasilah di bidang akademik.
Bila memang tidak menonjol di bidang akademik, namun ahli di bidang olahraga, maka tekunilah. Tidak ada hal yang lebih menenangkan dibandingkan berprestasi di bidang yang kita sukai. Terlebih lagi bagi siswa siswa sekolah menengah atas, prestasi di luar nilai sekolah merupakan poin plus tersediri pada saat seleksi penerimaan mahasiswa baru melalui jalur SNMPTN.
Oleh karena itu, mari kita berlomba lomba dalam mengukir prestasi mulai sejak dini. Tunjukkan jika bangsa ini memiliki masa depan yang cerah lewat pemuda pemudinya yang berprestasi!