Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Komet Sozin: di Masa Tiba

12 Desember 2010   22:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:47 159 0
Aku menatap ke sekelilingku, dan tak menjumpai Abdullah..
oh, rupanya aku sendirian..

*kau takkan pernah bisa membayangkannya,
sambil mengunyah sepotong daging ayam yang gemuk
berlumur mentega dan kecap. Dan untuk sekejap
tertawa bersama wanita-wanita bermata birahi yang
menggelayutimu seperti seorang papa pada dermawannya...

Inilah kidung cinta di pembuka gua..
saat badan telah terbekas belah jadi dua
gigil di atas tanah yang lembab oleh darah
dan orgasmus injuri sebilang sekian mili
untuk terbulatkan pada mati..

“Terpujilah Engkau..
Yang telah menurunkan Al Kitab atas hambaMu,
yang takkan Kau adakan kebengkokan
di dalamnya..”

Saatnya aku menghadap sang dewa matahari untuk bersaksi..
ah, dan ia tetap memicingkan satu matanya seperti biasa,
entah menghinaku atau apa..

Altar kematian yang kesekian, seperti para tukang sihir pharaoh..
dan mereka tak pernah bosan, merayuku memohon kematian,
ya, kematian yang kekal..
entah permainan macam apa lagi yang akan mereka suguhkan..
dalam gatling gun, rajaman, guillotine, kapak, dan tiang salib sekalipun
setahuku mereka bukan Tuhan..

“itulah bimbingan yang lurus,..
untuk memperingatkan siksaan yang teramat pedih
dari sisiMu sendiri..”

Ah, perempuan-perempuan jelita itu rupanya..
dengan gaun merah yang tersingkap
di paha dan sebagian dadanya..
ugh, kau bayangkan betapa halus telapak tangannya, boi..
yang membelai manja robekan kering panjang di perutmu..
atau jangan pernah bayangkan desahan nafasnya yang wangi..
saat ia tempelkan segelas rum yang segar di pipimu yang camping..

“.. sebagai satu berita gembira
kepada orang-orang beriman, dan
mengerjakan amal saleh, bahwa mereka..
..akan mendapat pembalasan yang baik..”

Syahid aku menantikanmu, putera Maryam..

“aku takkan melacur lagi padamu, sayang..
dan mari sematkan lagi siletmu itu selintang jasadku!”


R.D. 2010

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun