Takjub rasanya saat pertama kali tiba di bandara Narita, Jepang. Akupun masih tak percaya apakah ini kenyataan atau hanya sebuah mimpi, sepertinya tidak mungkin, tapi inilah kenyataan. Sedikit aku mengalami kesulitan saat aku terpisah dengan dosenku di Bandara, karena aku tak mampu menangkap lafal bahasa beberapa petugas bandara. Memang lidah mereka sangat susah untuk melafalkan bahasa inggris. Jepang adalah Sebuah Negara dengan keteraturan hidup yang bisa dikatakan luar biasa. Orang buta saja bisa beraktivitas layaknya orang normal, karena di tempat umum mereka memilki jalan khusus yang difasilitasi oleh pemerintah. Mereka cukup ramah dan sangat menghormati dan menghargai orang lain. Padahal bisa dibilang mayoritas penduduknya bukan muslim, kebanyakan diantara mereka mengaku tidak percaya pada tuhan, salah satu hasil percakapanku dengan salah seorang mahasiswa Jepang yang menjadi panitia saat kami santai makan malam. Seharusnya kita Negara Indonesia dengan mayoritas muslim yang memilki aturan hidup yang sangat mendetail, sempurna, mencakup seluruh aspek kehidupan, bisa lebih baik dari mereka. Tapi aku yakin suatu saat Indonesia juga mampu mewujudkan itu semua, kalau bukan kita sebagai generasi muda, siapa lagi? Mari berkarya sekarang juga.
Hari pertama acara konferensi dimulai dengan kunjungan ke tempat-tempat wisata edukasi lingkungan, keanekaragaman hayati, sebagai pengenalan alam jepang. Alam Jepang tak sebagus Indonesia kalo boleh saya berkomentar. Wilayah mereka bergunung-gunung dan secara keanekaragaman hayati masih sangat jauh kalahnya dengan Indonesia, namun luar biasanya mereka adalah sangat menghargai alam yang mereka miliki. Bahkan menurut salah seorang mahasiswa yang ku wawancarai alam seperti tuhan mereka, yang memberi mereka kehidupan. Pada acara tersebut, aku satu-satunya mahasiswa muslim dengan kerudungku, aku menjadi pusat perhatian mereka. Tak sedikit seorang dosen dan peserta yang suka memegang dan membelai kerudungku sambil memberikan pertanyaan-pertanyaan, aku jawab saja "aku memakainya karena aku seorang muslim".
Suzuki Masa, salah seorang mahasiswa jepang yang menjadi guide kami pada hari ke empat dan ke lima. Satu-satunya mahasiswa yang tertarik berdiskusi denganku hingga mendetail. Ada lagi Hanurak mahasiswa S2 dari Thailand yang banyak membersamai selama perjalanan dan saat jadwal santai makan, sampai sekarang kami masih sering kontak lewat jejaring social. "Masa" itulah panggilannya, usia dan bulan kelahiran kami sama mungkin itulah awalan yang membuat kami akrab.
"Are you believe God? " tanyaku
" yes I m believe God? " jawabnya
"What is your God"? aku balik bertanya
"I m Budhist, my God is not Sidarta Gautama, but my God is environment, my God is nature"
Ungkapnya, menjelaskan padaku.
" In my religion, there is somethink create this nature, create the environment and universe,
The names is Allah, are you sure that your God is Environment/nature?
"yes I m believe, it is my God" and you?
"Yes I m sure, Allah is my God"
Mungkin itulah salah satu alasan betapa mereka menghargai dan memelihara alamnya. Tak terasa, sangat asyiknya kami berdiskusi saat makan malam, ternyata hanya tinggal kami bertiga di restoran. Seluruh peserta sudah kembali ke bus masing-masing. Akupun berpesan pada Masa, "If you want continue our discussion, you can seat with me in the bus tomorrow, thank you for your attention. Ternyata benar, esoknya kami lanjut berdiskusi tentang makanan halal, cara beribadah dan seputar keluarga kami masing-masing selama perjalanan di Bus.
Beberapa kegiatan yang kami lakukan di sana diantaranya:
- ISE BAY STUDY