Sejak kecil, saya diajarkan untuk menghargai setiap suapan makanan. Di rumah, makan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan fisik, tetapi juga sebagai bentuk syukur atas nikmat Allah. Ayah saya, yang sangat bijaksana, selalu mengingatkan kami untuk tidak membuang makanan. Saya ingat suatu sore saat makan malam bersama, meskipun saya sudah kenyang, ibu tetap meminta kami menghabiskan makanan yang ada di meja, dengan berkata, "Makanan itu rezeki dari Allah, jangan biarkan satu butir nasi terbuang sia-sia." Saat itu saya belum sepenuhnya mengerti, namun seiring waktu, saya mulai menyadari bahwa makan secukupnya adalah bentuk rasa syukur kepada Allah.
Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk makan hanya ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang. Tujuannya adalah untuk menjaga tubuh tetap sehat dan menghindari makan berlebihan. Meskipun terlihat sederhana, ajaran ini mengajarkan pengendalian diri yang dalam. Namun, di zaman serba cepat seperti sekarang, kita sering kali lupa untuk memperhatikan pola makan. Sering kali, kita makan bukan karena lapar, tetapi karena keinginan atau nafsu sesaat.
Saat saya kuliah, saya mulai terjebak dalam rutinitas yang padat. Di tengah tugas yang menumpuk, saya sering kali makan tanpa memperhatikan apakah saya benar-benar lapar atau tidak. Saya lebih sering mengikuti nafsu, membeli makanan ringan atau fast food yang mudah dijangkau, padahal tubuh tidak membutuhkan makanan sebanyak itu. Suatu hari setelah makan berlebihan, saya merasa tidak nyaman. Perut saya terasa penuh, lelah, dan tidak enak. Itu adalah saat saya teringat kembali pada ajaran Rasulullah SAW tentang makan secukupnya.
Setelah itu, saya mulai mencoba mengubah kebiasaan makan saya. Di kampus, saya mulai membawa bekal sendiri, memilih makanan yang sehat dan sederhana. Meskipun awalnya terasa sulit, lama-kelamaan saya merasa lebih baik. Saya memilih porsi kecil saat makan di restoran dan berhenti sebelum kenyang. Walaupun teman-teman saya tertawa dan menganggap saya aneh, saya merasa lebih nyaman dan sehat. Bahkan, seorang teman bertanya, "Kenapa kamu makan sedikit banget?" Saya jawab, "Karena saya percaya, kita bisa merasa puas dengan makan secukupnya, seperti yang diajarkan Rasulullah SAW."
Menjalankan ajaran ini membantu saya lebih peduli pada pola makan yang sehat. Dengan makan secukupnya, saya menjaga tubuh agar tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit, seperti obesitas dan diabetes. Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk menjaga tubuh sebagai amanah dari Allah. Selain itu, makan secukupnya juga mengajarkan saya untuk lebih bersyukur atas rezeki yang Allah berikan. Banyak orang di luar sana yang kesulitan mendapatkan makanan, jadi kita seharusnya tidak berlebihan dalam mengonsumsi makanan.
Lebih jauh lagi, kebiasaan makan secukupnya mengajarkan kita untuk tidak membuang makanan dan tidak terjebak dalam pola konsumsi berlebihan. Di kehidupan sehari-hari, kita sering tergoda untuk membeli makanan yang sebenarnya tidak kita butuhkan, hanya karena iklan atau nafsu sesaat. Dengan makan secukupnya, kita lebih bijak dalam memilih makanan, menghargai setiap rezeki dari Allah, dan tidak membuang makanan.
Saya juga belajar bahwa kebahagiaan tidak datang dari memenuhi nafsu makan, tetapi dari kemampuan menikmati makanan dengan penuh rasa syukur. Suatu kali, meskipun banyak makanan lezat di sekitar saya, saya memilih makan secukupnya dan menikmati setiap suapan. Ternyata, kenyang yang saya rasakan setelah makan secukupnya jauh lebih memuaskan daripada makan berlebihan. Saya merasa lebih bugar dan tidak lelah karena makan dalam porsi kecil.
Kebiasaan makan secukupnya juga mengajarkan kita untuk lebih menghargai makanan dan menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan. Makanan yang dimakan dengan niat baik akan lebih mudah dicerna tubuh dan memberi energi yang dibutuhkan. Rasulullah SAW mengingatkan kita agar tidak mengisi perut dengan makanan berlebihan, karena itu bisa mengganggu kesehatan dan kualitas ibadah kita. Mengontrol nafsu makan juga memperkuat kualitas spiritual kita, menjaga agar tubuh tetap sehat untuk beribadah dengan baik.
Makan secukupnya bukan hanya soal pola makan, tetapi juga merupakan latihan untuk meningkatkan iman. Ini adalah cara kita melatih kesabaran dan pengendalian diri, yang pada akhirnya membawa hidup yang lebih seimbang dan penuh berkah. Sebagaimana hadist yang mengatakan, "Perut seorang anak Adam akan tetap menjadi tempat yang paling buruk jika diisi dengan makanan yang berlebihan," kita diajarkan untuk tidak membiarkan perut kita terlalu penuh.
Kebiasaan makan secukupnya juga mengajarkan kita untuk tidak tergoda oleh nafsu dan lebih fokus pada kualitas, bukan kuantitas. Dengan mengurangi porsi makan yang berlebihan, kita memberi ruang untuk hal-hal lebih penting dalam hidup, seperti beribadah, belajar, dan berbagi dengan orang lain. Dengan makan secukupnya, kita menjaga kesehatan fisik, spiritual, dan emosional kita.
Dengan demikian, kebiasaan makan secukupnya tidak hanya membantu kita menjaga tubuh tetap sehat, tetapi juga meningkatkan rasa syukur kita terhadap Allah dan memberi pelajaran penting dalam hidup. Semoga kita semua bisa menerapkan ajaran ini dalam kehidupan sehari-hari, menjadikan makan sebagai ibadah dan wujud rasa syukur kepada Allah. Dengan cara ini, kita bisa menciptakan hidup yang lebih seimbang, sehat, dan penuh berkah.