Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Bayangan yang Tertinggal

6 Desember 2012   10:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:06 102 0
Entah ini yang keberapa kali aku tersenyum melihat halaman home facebookku. Iya, tersenyum miris. Melihat namamu muncul dilayar laptopku dengan nama asing yang aku tau itu adalah pacar barumu. Aku selalu berharap jika aku cukup kuat untuk mengetahui ini. Ketika namaku sepertinya sudah benar-benar hilang dari hidupmu.
Setelah kita terpisah oleh jarak sejauh ini, sekarang aku harus menerima kenyataan bahwa ada tembok tinggi tak kasat mata yang benar-benar memisahkan kita. Kenyataan yang menyerangku secara telak bahwa hatimu telah dimiliki yang lain. Apa aku harus menunggu dirimu terbangun? tapi aku tak yakin jika kau akan bangun dari tidurmu dan menjadi sosok yang aku kenal dulu.
Aku ingin berhenti berkhayal tentang dirimu. Selamanya.
Aku ingin mempercayai kata-katamu yang dulu seutuhnya, tapi jika kenyataan yang ada saja sudah bertolak belakang dengan kata-katamu, masih pantaskah semua pernyataanmu itu diterima?
Gara-gara masalah ini, aku berubah menjadi tidak realistis. Aku membenci segala sesuatu yang kuanggap berunsur kamu. Sebenarnya aku hanya mencari jalan termudah untuk menjauhkanmu dari pikiranku,
Magnet dengan kutub yang berbeda  pun jika dibentangkan dengan jarak sejauh ini, maka tidak akan berpengaruh satu sama lain. Mereka akan mencari kutub yang berbeda namun terdekat dengan mereka. Namun sampai saat ini aku belum bisa menerjemahkan kata "nyaman" yang kamu lontarkan kemarin. Aku merasa sia-sia untuk memikirkan setiap statement dari seseorang yang masih labil. Tapi aku takut jika hal yang paling tidak aku inginkan akan menjadi kenyataan.
Jalan kita masih panjang. Tapi aku tetap tidak rela melihatmu dengannya. Dan aku juga masih belum bisa menerjemahkan "serius" dalam kosakatamu. Karena setiap aku ingin menerjemahkan sesuai KBBI, aku selalu terngiang dengan sebuah kalimat darimu yang bisa mengenyahkan semua pradugaku.
Aku semakin miris melihat kamu yang semakin berusaha menjauhiku seolah-olah aku ini hama yang akan merusak jalan cerita hidupmu. Tanda bulatan hijau yang selalu lenyap ketika kamu mengetahui aku sedang online (memantau kabar terbarumu) itu menyesakkan. Aku tidak akan mengganggumu, bahkan untuk menyapamu saja tidak. Pikiranmu terlalu dangkal jika kamu mengira aku akan berusaha masuk ke dalan ceritamu lagi. Namun kini, sudah cukup aku menontonmu dari sisi panggung.
"Toh kalo kita jodoh, juga bakal ketemu lagi kok"
Memangnya sejauh mana kamu tau tentang jodoh?
Tulang rusuk itu tidak akan tertukar. Mungkin aku harus menghibur diri dengan ini. Tapi sungguh tidak adil jika begitu. Bagaimana jika aku ataupun siapa saja mendapatkan jodoh seseorang yang tak diinginkannya? Aku tidak akan menyalahi hukum alam dengan opiniku sedniri. Biar semua menjadi jelas pada saatnya. Walaupun untuk menuju saat itu aku harus bersakit-sakit menahan perih melihat kamu dengan dia.
Apakah kamu tau sedang apa aku sekarang?
Aku sedang berlari sekencang-kencangnya, sekuat-kuatnya yang aku bisa. Menjauh dari bayangan gelap hitam. Menjauh dari setiap inci perasaan yang sudah kutanam untukmu dan sudah tumbuh dengan baik.
Merelakan sahabat sekaligus pacar lenyap dalam satu waktu, dalam satu raga, namun berbeda jiwa.
Oh, dan cuaca akhir-akhir ini sepertinya sedang asik mencerminkan bagaimana aku ke kamu. Terkadang terang namun sering mendung dan sesekali hujan lebat dan kembali mendung.
Hopefully you'll come back to me as soon as possible with the old of you.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun