Dia tersenyum melihatku yang berdiri di antara rak-rak, gantungan-gantungan dan kotak-kotak keranjang pakaian di dalam sebuah toko serba ada, aku mencium tangannya. “Maaf, terpaksa kemari” katanya. Aku mengangguk, memaklumi. “Sebentar, ijin dulu. Ibu tunggu saja di luar, di depan
ATM yang dekat pos satpam, tahukan?” kali ini dia yang mengangguk.
KEMBALI KE ARTIKEL