Relasi antara PR dan wartawan sering disebut sebagai relasi “Love-Hate Relationship” atau dengan kata lain “cinta tapi benci”. Hal ini dapat terjadi sebab pada dasarnya antara PR dan wartawan saling membutuhkan satu sama lain, namun pada prakteknya mereka saling “membenci” lantaran tuduhan menutup-nutupi atau menyampaikan berita yang tidak benar. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tidak setuju dengan praktek-praktek PR dan wartawan yang demikian. Pendekatan yang baik untuk sebuah organisasi dan praktisi PR semestinya adalah menganggap hubungan media sebagai sebuah investasi. Berhubungan dengan media merupakan strategi penting dan tentu saja sebagai sarana yang digunakan PR untuk mengkomunikasikan dan mengembangkan hubungan dengan masyarakat. Ini berarti, seharusnya PR dan jurnalis bekerja dalam hubungan yang saling tergantung dan saling membantu. Para wartawan memerlukan PR, sama seperti PR memerlukan wartawan. Namun terkadang konflik kepentingan dan misi membuat PR dan wartawan menjadi bermusuhan. Praktisi PR yang berpihak penuh pada organisasinya akan berselisih dengan wartawan yang ingin menggali berita melalui inisiatif jurnalistik agar tercipta laporan yang baik.
KEMBALI KE ARTIKEL