Pasangan Yoyok-Joss menawarkan program dana Rp300 juta per RW yang diharapkan mendorong pembangunan berbasis komunitas. "Kami ingin setiap RW berdaya dan mampu menentukan prioritas pembangunan mereka sendiri. Ini bukan sekadar janji, tapi investasi nyata untuk rakyat," ujar Yoyok dalam kampanye di Taman Srigunting, Sabtu (30/11). Mereka juga menjanjikan penghapusan pajak usaha kecil serta peningkatan jumlah lapangan kerja hingga 10.000 selama lima tahun pertama masa kepemimpinan.
Di sisi lain, pasangan Agustina-Iswar membawa visi pembangunan berkelanjutan. Fokus mereka ada pada pengembangan transportasi publik ramah lingkungan, revitalisasi kawasan kumuh, dan digitalisasi layanan publik. "Kami tidak hanya bicara soal pembangunan fisik, tetapi juga membangun manusia yang lebih sejahtera," kata Agustina saat debat publik di Balaikota Semarang, Jumat (29/11).
Debat Publik: Isu Infrastruktur dan Pendidikan Jadi Sorotan
Debat kandidat yang berlangsung pekan lalu memperlihatkan perbedaan strategi kedua pasangan. Yoyok menekankan program pendidikan gratis hingga tingkat SMA sebagai prioritas, sedangkan Agustina menyindir kebijakan ini dengan menyebutnya tidak realistis tanpa dukungan anggaran yang kuat.
Selain itu, infrastruktur juga menjadi perdebatan. Agustina mengkritik kurangnya perhatian Yoyok terhadap perencanaan jangka panjang terkait banjir rob. "Semarang butuh pemimpin yang berpikir untuk masa depan, bukan hanya program populis," tegasnya. Menanggapi hal ini, Yoyok menyatakan bahwa pembangunan infrastruktur harus seimbang dengan pemberdayaan ekonomi rakyat.
Isu Politik Uang dan Keamanan Pemilu
Pilkada kali ini juga diwarnai kontroversi. Bawaslu menerima laporan dugaan politik uang di beberapa wilayah. Selain itu, perusakan alat peraga kampanye milik pasangan Yoyok-Joss dilaporkan terjadi di Kecamatan Pedurungan. "Kami menyerukan kepada semua pihak untuk menjaga integritas Pilkada dan menghormati proses demokrasi," kata Ketua Bawaslu Semarang, Siti Rahmawati, Minggu (1/12).
Partisipasi Warga yang Meningkat
Kendati isu negatif mencuat, antusiasme warga terhadap Pilkada Semarang tetap tinggi. Berdasarkan data KPU, tingkat partisipasi dalam sosialisasi Pilkada meningkat 25% dibandingkan tahun 2019. Warga berharap pemimpin terpilih mampu membawa perubahan nyata bagi Kota Semarang, terutama dalam hal pengentasan kemiskinan dan pengelolaan bencana seperti banjir rob yang menjadi permasalahan utama kota ini.
Menuju Hari Pemungutan Suara
Pilkada Semarang 2024 akan digelar pada Rabu, 11 Desember 2024, dengan lebih dari satu juta pemilih terdaftar. Siapapun yang terpilih, harapan besar warga Semarang adalah pemimpin yang mampu merealisasikan janji kampanye mereka dan membawa kota ini menuju masa depan yang lebih baik.