Anila di pagi buta dimana nabastala masih gulita. Dersiknya membuat rumput bergerak seperti sedang menari, rumput yang begitu rimbun dilengkapi dengan embun-embun kecil. Di desa yang masih banyak dengan pepohonan dengan udara yang sejuk. Suara burung berkicau seperti sedang bernyanyi saat terbang tinggi di nabastala. Saat itu nabastala yang begitu kirana dilengkapi dengan adanya arunika dari arah timur. Ya, itulah tempat tinggal Cika, si anak kota yang baru saja tinggal di desa orang. Dia sedang menikmati indah dan menghirup udara pagi di desa orang. Di desa ia tinggal bersama neneknya.
Ketika Cika keluar rumah di pagi hari, ia merasakan betapa sejuknya angin di desa dengan indahnya pemandangan sehingga rumput-rumputan pun di basahi oleh embun. Kemudian indahnya matahari pagi di langit membuatnya berkata di dalam hati
"Subhanallah keindahan pemandangan di desa memang tidak ada obat"
Cika sambil menghirup anginnya.
Heningnya di desa pagi itu pecah dengan Cika yang berteriak begitu nyaring karena ada katak di dekatnya. Kemudian Cika pun berlari dan masuk kedalam rumah neneknya sambil berkata,
"Aaaaaa! Takut! Takut!"
Dari yang awalnya burung-burung tersebut diam di pepohonan hingga burung-burung pun ikut beterbangan mendengan suara Cika yang begitu panik. Burung-burung tersebut pun ikut memekik ketakutan.
"Cika, ada apa dengan mu? Kenapa kamu berteriak seperti ketakutan? Ujar nenek kepada Cika.
Suasana desa yang tadinya aman tentram begitu mendengar teriaknya Cika menjadi petaka bagi semua hewan.
Cika yang begitu tamu dengan katak sehingga membuatnya panik bukan main. Berlari ke rumah nenek sambil melihat arah depan dan belakang.
Cika pun menjawab, " itu nek ada katak mengejar ku"
"Itu hanya katak tidak apa-apa wajar kalau di desa ada katak tidak seperti di kota" ucap nenek
Cika menjawab lagi, "tapi Cika takut nek sama katak"
Kemudian pun nenek mengambilkannya segelas teh hangat untuk Cika.
"Udah tenangi dulu diri mu, minum teh ini" ujar nenek sambil menenagi cika yang begitu panik.
Cika pun meminum teh yang telah dibuat oleh neneknya sambil menenangkan dirinya.
Setelah beberapa menit kemudian Cika pun sudah tenang dan Cika duduk dengan berdiam diri karena kepanikannya.
Pada saat Cika tinggal di kota tidak pernah ada katak apalagi sampai mengejarnya. Padahal Cika phobia sekali dengan katak.
"Apakah kamu sudah sedikit tenang?" Tanya nenek kepada Cika.
Cika hanya menganggukkan kepalanya saja.
Kemudian neneknya menyuruh Cika untuk sarapan dan Cika duduk di hadapan meja makan dengan suguhan ubi goreng.
Cika bertanya kepada neneknya, "nek, apa nenek setiap hari memakan ubi seperti itu?"
Cika pun heran kenapa sarapannya ubi karena pada saat ia di kota makanannya tidak pernah ada ubi goreng.
Nenek menjawab, "iya, kalau sarapan nenek makan ubi goreng seperti ini".
"Cobailah ubinya pasti enak", ucap nenek kepada Cika.
Cika pun mencoba memakan ubi tersebut dengan perlahan. Kemudia Cika pun hanya menganggukkan kepalanya saja.
"Ini minumnya ya" ucap nenek.
"Iya nek terima kasih" jawab Cika.
Kemudian Cika bertanya kepada neneknya, "ubi seperti ini belinya dimana nek?"
Nenek menjawab, "nenek tidak beli, nenek menanamnya di halaman belakang rumah. Jadi kalau mau makan ubi tinggal cabut aja di belakang".
Cika menyantap ubinya dengan lahap, karena dirasanya enak. Ubi tersebutpun habis dimakan oleh Cika dan neneknya.