" Assalamu'alaikum Mya, apa kabar? Kok melamun?"tiba-tiba seseorang mengusik lamunan panjangku.
" Wa'alaikum salam..hempt...baik...baik kok. O,tidak. Hanya sedikit merenung saja Ry!" jawabku asal-asalan sambil tertunduk malu.
Dia memperhtaikan raut wajahku yang terlihat lesu dan gugup. Aku kembali menundukkan pandanganku. Aku tidak berani menantang matanya yang dalam. Meskipun teman-temanku sangat mengagumi keberanianku yang kata mereka sukar untuk ditiru. Aght...aku tak mampu lakukan hal itu kepad seseorang yang berdiri dihadapanku ini dengan tubuh yang jangkung dan kacamata minus. Aku begitu kerdil jika berdiri didekatnya dan muluut ini rasanya terbungkam jika berbicara dengannya.
"Kamu nggak apa-apakana Mya? " tanyanya khawatir melihatku begitu membisu dan tertunduk lesu.
"Iya, nggak apa-apa kok Ry. Oya,aku mau ke perpustakaan dulu ya? Mau cari bahan pelajaran bahasa indonesia yang disuruh sama pak Marsono!Assalamu'alaikum" aku beranjak pergi dengan tertunduk tanpa menghiraukan lagi balasan salamku darinya.
Tiba-tiba Dhiny berlarian mengejarku dari belakan.
"Duh, aku capek banget ngejar kamu My. Ada berita baik untukmu,sob!" katanya dengan mata terpicing-picing dan nafas yang naik turun.
"Hehehe..berita apa sobatku Dhiny yang baik hati dan hampir saja gendang telingaku pecah mendengar teriakanmu itu!" jawabku manyun.
" Hehehe..sorry ya My. Aku nggak bermaksud gitu kok!" ucapnya sedih.
Aghht... aku tidak tahan melihat wjah manisnya jika sedang dalam keadaan begini. Dia sahabatku yang begitu mengerti tentangg diriku. Namun, ada sesuatu yang tidak diketahuinya tentang rahasia hatiku ini. Seperti kata pepatah bahwa dalamnya laut bisa diukur,namun dalamnya hati siapa yang tahu.
"Mya...maaaaaaffffiiiiinnnn aku ya?" teriaknya dengan wajhnya memelas.
" E...e..iya Dhin, aku selalu memaafkan kesalahan dirimu. Lupakan saja! Ngomong-ngomong ada berita apa Dhin?" tanyaku kembali ke topik semula.
"Oke..oke.. makasih ya My? Hehehe..tapi sebelumnya kamu harus traktirin aku makan bakso di kantin paklek, bagaimana?" tanyanya ambisius.
"Waduh..! berita apa sih? Kok dhiny merasin aku ya? Aght... nggak mau..nggak mau!" jawabku smbil berlari menjauh dari kejaran Dhiny.
"Aght..Mya pelit...mya pelit!" rengeknya.
"Oke...memengnya ada berita apa sayang?" tanyaku berhenti ambisius.
"Kamu terpilih menjadi team debat sekolah kita yang akan mewakili ke Banda aceh nantinya. Selamaaaaat ya My?" teriaknya sambil memeluk diriku.
"Alhamdulillah, yang benar Dhin? Aku nggak percaya. Kamu serius Dhin?" tanyaku berulang kali.
"Iya Mya sayang..kamu terpilih! Tadi pak kepala sekolah mencari kamu dikelas. Karena tidak ada kamu makanya aku disuruh kasih tahu ke kamu My. Nanti setelah istirahat langsung aja ke kantor Kepsek" jawabnya mantap
"Alhamdulillah ya allah...makasih juga ya Dhin?" sku memeluknya kembali. Aku begitu terharu mendengar berita yang menggembirakan ini. Ternyata usahaku tak sia-sia selama ini. "Syukran lillah..syukran lillah..!" ucapku dalam hati.
"Setelah pulang sekolah kita makan bakso ya Dhin? Oya, selain aku siapa lagi yang terpilih dhin?" tanyaku penasaran
"Oke Mya.. hahaha.. ada Rahman,Rahma,Chika,Dika,Mulyana dan.......!" jwab Dhiny mengambang.
"Dan siapa lagi Dhin? Jangan buat diriku penasaran!" rengekku memelas.
"Dia siswa teladan SMA kita lhoo...dia yaitu RYAN PRANATA!" teriak Dhiny.
Aku terdiam sambil merenung mengapa harus dia lagi? Aku sungguh tak ingin dalam keadaan bersamanya. Meskipun nafsu ini menginginkannya. Tapi... aku ingin menjaga hati ini agar kelak aku juga mendapatkan seseorang yang juga menjaga hatinya. Aku begitu serba salah sekarang. Satu sisi aku ingin bersamanya dan satu sisi aku ingin menjauh darinya agar hati ini tidak keruh dengan dosa-dosa yang mencampurinya.