Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Artikel Utama

Mudik, Konsekuensi Cinta

8 September 2010   07:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:22 211 0
Di antara kita pasti ada yang merasa sangat ingin bersatu dan berbagi  dengan orang-orang yang dikasihi atau dicintai ketika sedang makan enak, ketika berada di lokasi yang sangat nyaman, atau melihat pemandangan yang indah di sebuah tempat rekreasi. Kalau kita punya rasa seperti itu berarti kita punya rasa cinta pada orang-orang yang sedang kita harapkan kehadirannya untuk menikmati apa yang kita rasakan. [caption id="attachment_253207" align="alignleft" width="298" caption="Ilustrasi-Mudik/Admin (MorotPlus)"][/caption] Pada saat Hari Raya Idul Fitri di manapun berada keluarga muslim biasanya menyajikan menu makanan yang sangat istimewa, berbeda dengan menu harian. Entah apapun rupanya masakan itu, pasti dibuat untuk yang terbaik dan terenak menurut selera masing-masing. Saat menyantap masakan istimewa itulah, orangtua di kampung teringat anak-anak mereka yang bertebaran di mana-mana, di berbagai desa-desa dan kota-kota lain. Orangtua yang cinta pada anak dan siapapun akan teringat ketika menikmati masakan istimewa itu. Mereka ingin menikmati masakan istimewa bersama keluarga: istri, anak-anaknya, cucu, dan kerabat lain yang dicintainya. Bukan hanya masakan yang menjadi daya tarik untuk disantap bersama, tetapi  kebersamaan itu sendiri merupakan kenikmatan. Mengapa orangtua ingat anak dan anggota keluarga lainnya? Mereka khawatir anak-anak mereka tidak mendapatkan makanan yang seenak masakan yang mereka sediakan pada saat hari istimewa, mereka juga khawatir anak-anak mereka tidak sebahagia yang tengah mereka rasakan. Dari posisi batin seperti itulah, orangtua menghendaki anaknya pulang ke orangtua (mudik), berkumpul, bersama-sama menikmati makanan istimewa. Anak-anak yang tahu perasaan orangtua mereka berusaha keras untuk pulang, bersusah payah dalam menembus jarak dan waktu untuk mudik.  Kita menyaksikan betapa masyarakat Indonesia mudik beramai-ramai, berjuang sekuat tenaga, di antara mereka bahkan ada yang mengalami musibah di tengah jalan, menjadi korban kecelakaan lalu lintas dalam perjalanan menuju mudik. Semua itu dilakukan demi cinta pada keluarga. Maka jangan salahkan mereka yang tengah mudik. Mudik itu mulia, salah satu konsekuensi cinta. Dari pemikiran seperti itu pula, paralel dengan masalah cinta, umat Islam berupaya agar dicintai oleh Allah SWT dengan berbagai cara,  antara lain dengan beribadah (termasuk puasa) dan berbuat baik pada sesama manusia tanpa pandang bulu. Harapnnya, kalau Allah mencintai kita, ketika Allah membuka pintu surgaNYA, orang-orang yang dicintaiNYA akan dipanggil terlebih dulu untuk bersama-sama masuk surga yang luar biasa indah dan nikmat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun