Suasana malam di gedung fakultas itu sangat sunyi, hanya diterangi lampu koridor yang redup dan sesekali suara angin berdesir di luar. Lima orang mahasiswa---Rina, Dani, Lintang, Bayu, dan Arya---sedang duduk melingkar di sebuah ruang rapat untuk menyelesaikan persiapan acara fakultas yang akan digelar minggu depan. Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam, dan gedung itu pun terasa semakin sepi.
"Sudah hampir selesai, tinggal kita beresin rundown acara dan konfirmasi undangan," kata Rina sambil melihat jam tangannya. Ia mulai terlihat resah.
Namun, suasana di ruang rapat semakin terasa aneh. Bayu, yang biasanya paling banyak bicara, tiba-tiba merasa ada yang salah. "Eh, kok aku merasa ada yang mengawasi kita dari jendela, ya?" ujarnya sambil melirik ke arah jendela kaca besar di belakang mereka. Semua langsung menoleh. Jendela itu gelap, tapi mereka merasa ada sesuatu yang bergerak.
"Nggak usah yang aneh-aneh, Bay," ujar Arya mencoba membelokkan perhatian. Namun, tak lama kemudian, Lintang, yang duduk di pojokan, menggeser kursinya dengan sedikit gemetar.
"Kalian... kalian dengar suara langkah kaki, nggak?" Lintang berbisik, matanya melebar.
Mereka terdiam, mencoba mendengar. Di luar ruangan, samar-samar terdengar suara langkah kaki pelan, seolah-olah ada yang berjalan di koridor. Tapi yang lebih aneh lagi, suara itu tiba-tiba berhenti tepat di depan pintu ruangan mereka. Dani mengintip dari celah pintu kaca, tetapi tidak ada siapa pun di sana.
"Apa mungkin itu satpam kampus?" tanyanya, mencoba rasional.
Namun, tiba-tiba lampu ruangan berkedip-kedip sebelum akhirnya padam, membuat mereka terperanjat. Di dalam gelap, Rina merasakan udara semakin dingin. Dia mengambil ponselnya untuk menerangi sekitarnya, dan saat lampu senter ponselnya menyala, mereka terkejut melihat sepasang jejak kaki basah muncul di lantai, menuju ke arah mereka.
"Jejak itu... baru muncul!" Lintang berkata dengan nada panik.
Jejak itu terlihat basah dan berlumpur, semakin dekat menuju mereka. Arya langsung berdiri, "Kita harus keluar dari sini sekarang!" ujarnya dengan tegas. Mereka buru-buru mengambil barang-barang mereka dan menuju pintu keluar, berharap bisa meninggalkan gedung ini secepatnya.
Namun, saat mereka membuka pintu, suara langkah kaki yang berat kembali terdengar dari ujung koridor. Dalam cahaya samar, mereka melihat siluet seseorang berdiri di sana, bayangannya tinggi, dan wajahnya tidak terlihat jelas. Sosok itu tidak bergerak, hanya diam menatap mereka dari kejauhan.
Bayu menelan ludah, tubuhnya gemetar. "Cepat, kita lewat pintu belakang saja!" Mereka pun berlari menuju pintu belakang gedung. Namun, sesampainya di sana, pintu itu terkunci. Tak ada pilihan lain, mereka memutuskan untuk kembali ke ruang rapat dan bersembunyi di sana.
Mereka duduk terdiam dengan napas memburu, berharap sosok itu pergi. Namun, di tengah keheningan, terdengar suara bisikan pelan dari sudut ruangan. Suara itu lirih, memanggil satu per satu nama mereka, "Rina... Dani... Lintang... Bayu... Arya..."
Mereka semua terperanjat. Suara itu jelas bukan suara dari siapa pun di antara mereka. "Siapa yang bicara?" tanya Rina ketakutan. Tidak ada jawaban, hanya keheningan yang semakin mencekam.
Mendadak, pintu ruangan terbuka perlahan dengan bunyi berderit yang menakutkan. Mereka mematung, tak ada yang berani bergerak. Sosok yang tadi terlihat di koridor kini berdiri di ambang pintu, wajahnya masih gelap dan tak terlihat.
Sosok itu melangkah masuk dengan perlahan, sementara mereka hanya bisa menatap dengan napas tertahan. Ketika sosok itu mendekat, lampu-lampu di luar ruangan mulai menyala kembali, dan sosok tersebut pun menghilang begitu saja.
Dengan tubuh gemetar, mereka akhirnya memberanikan diri keluar dari ruangan dan berlari secepat mungkin meninggalkan gedung fakultas yang kosong itu. Ketika sampai di luar gedung, mereka semua baru bisa bernapas lega, tetapi trauma yang mereka alami malam itu tidak mudah dilupakan.
Keesokan harinya, mereka mendengar kabar bahwa beberapa tahun lalu, seorang mahasiswa ditemukan meninggal secara misterius di gedung fakultas tersebut. Mahasiswa itu konon meninggal karena kecelakaan saat lembur sendirian, dan sejak itu ada rumor bahwa arwahnya masih sering berkeliaran di malam hari.