Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Campus Visit: Perjalanan ke Universitas Padjajaran

13 Oktober 2024   15:26 Diperbarui: 13 Oktober 2024   22:22 43 1
Campus Visit: Perjalanan ke Universitas Padjajaran

         Pagi itu, udara Bandung terasa segar, langit sedikit berawan namun cerah. Sekumpulan siswa dari SMA Nusantara Bangsa tampak berkumpul di depan gerbang sekolah, menunggu bus yang akan membawa mereka menuju Universitas Padjajaran, tempat tujuan study visit mereka. Wajah-wajah penuh semangat dan rasa ingin tahu terlihat jelas, terutama dari Ali, Rika, dan Reza, Empat sahabat yang selalu bersama di setiap kegiatan sekolah.“Kira-kira, bakal seseru apa ya kuliah di sana?” tanya Rika, yang sudah tidak sabar melihat kehidupan kampus.

“Aku dengar kampusnya gede banget! Ada banyak fakultas yang bisa kita kunjungi,” tambah Reza dengan mata berbinar. Ali hanya tersenyum, menikmati antusiasme teman-temannya sambil sesekali memeriksa ponselnya.

Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya bus yang akan mengantar mereka tiba. Seluruh siswa segera masuk ke dalam bus, dan perjalanan dimulai. Selama perjalanan, mereka bercanda, berbicara tentang harapan mereka di universitas nanti, dan sesekali memandang keluar jendela, menikmati pemandangan hijau khas pegunungan di sekitar Bandung.

Tak lama kemudian, mereka sampai di Universitas Padjajaran. Kampus besar itu terasa megah, dengan bangunan-bangunan tinggi yang dikelilingi oleh pepohonan rindang. Satu persatu siswa turun dari bus, mengagumi suasana kampus yang berbeda jauh dari sekolah mereka.

Setelah mengumpulkan seluruh siswa, guru pendamping mereka, Bu Intan, menjelaskan jadwal kegiatan hari itu. Mereka akan memulai dengan seminar pengenalan dunia perkuliahan, dilanjutkan dengan campus tour untuk melihat langsung berbagai fasilitas yang ada di kampus.

“Kita mulai dulu dengan seminar, ya. Siapkan pertanyaan sebanyak-banyaknya, jangan malu-malu,” ucap Bu Intan sambil tersenyum.

Seminar dimulai di salah satu aula besar kampus. Seorang dosen muda yang bernama Pak Ahmad, menjadi pembicara. Ia menjelaskan bagaimana kehidupan di kampus berbeda dengan sekolah, mulai dari kebebasan memilih mata kuliah, sistem belajar mandiri, hingga tantangan yang dihadapi mahasiswa. Ali, yang biasanya pendiam, terlihat sangat tertarik dengan materi yang disampaikan.

“Jadi, kalian tidak hanya belajar teori, tapi juga dilatih untuk berpikir kritis dan menemukan solusi,” ujar Pak Ahmad. “Kampus bukan hanya tempat belajar, tapi juga tempat kalian mengembangkan diri, baik secara akademik maupun kepribadian.”

Seminar diakhiri dengan sesi tanya jawab. Rika dengan cepat mengangkat tangannya. “Pak, bagaimana cara memilih jurusan yang tepat? Saya masih bingung dengan minat saya.”

Pak Ahmad tersenyum dan menjawab, “Kuncinya adalah eksplorasi. Cari tahu apa yang membuatmu tertarik, apa yang bisa kamu lakukan dalam jangka panjang, dan yang terpenting, apa yang membuatmu merasa puas. Universitas memberikan banyak kesempatan untuk itu.”

Setelah sesi seminar selesai, mereka melanjutkan kegiatan dengan campus tour. Para siswa diajak berkeliling ke berbagai fakultas, perpustakaan megah, dan laboratorium. Mereka bahkan sempat mengunjungi salah satu asrama mahasiswa. Reza, yang bercita-cita menjadi dokter, tampak sangat tertarik ketika mereka mengunjungi Fakultas Kedokteran.

“Lihat ini, alat-alat medisnya canggih banget!” Reza berseru, kagum melihat berbagai peralatan di laboratorium praktikum.

Ali, yang sebelumnya tidak terlalu yakin akan pilihannya, mulai merasakan ada daya tarik tersendiri dari kehidupan kampus. Ia mengamati bagaimana para mahasiswa tampak mandiri dan penuh tanggung jawab. Di perpustakaan, ia melihat beberapa mahasiswa yang duduk sambil mengerjakan tugas dengan serius, sementara di sudut lain ada yang tengah berdiskusi dengan teman-temannya.

Saat hari mulai sore, tour mereka berakhir di lapangan luas di tengah kampus. Bu Intan mengumpulkan mereka kembali dan menutup kegiatan dengan pesan yang mendalam.

“Nak, kampus ini mungkin hanya satu dari banyak pilihan, tapi ingat, belajar dan menuntut ilmu itu bisa di mana saja. Kalian hanya perlu memilih tempat yang sesuai dengan minat dan potensi kalian,” katanya sambil tersenyum.

Perjalanan pulang ke Bandung terasa lebih tenang. Masing-masing siswa tenggelam dalam pikirannya. Rika membayangkan bagaimana rasanya menjadi mahasiswa, Reza sudah membayangkan dirinya memakai jas putih dokter, dan Ali, meskipun tidak mengatakannya, mulai merencanakan masa depannya dengan lebih serius.

Study visit itu mungkin hanya satu hari, tapi pengalaman yang mereka dapatkan akan mereka bawa sebagai motivasi untuk melangkah lebih jauh lagi di masa depan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun