Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Anomali Cinta

20 Maret 2019   11:07 Diperbarui: 21 Maret 2019   05:55 127 0
Bicara cinta, pasti bicara manusia. Aku pun sampai detik ini belum bisa mendefinisikan dengan pasti maksudnya. Bagiku manusia adalah mahluk multitafsir.

Satu waktu, ketika ditanya tentang cinta, Aristoteles menjawab "cinta pada diri sendiri adalah syarat untuk mencintai orang lain". Tapi kita tidak bisa pungkiri, banyak juga orang menderita dengan dalih "asal dia bahagia"... ah pujangga, sedihnya.

Cinta,dalam hal ini kepada seseorang, telah membuat Sutan Syahrir mabuk kepayang, kepada yang tersayang, Maria Duchateu, ditulis lah sebuah majas indah penuh makna dari tempat terasing di Digul , "Apa yang tak kutemukan dalam filsafat, kutemukan dalam dirimu".  Aih...pujangga kelas berat.

Sebuah anomali, yang sangat ironi, cinta malah membuat prahara, terkadang ego bermain, arti suci nya pun seakan luntur. Lihat saja keegoisan seorang bernama Paris yang memaksakan cintanya pada Helen, istri sang Raja Menelaus di Yunani, ujungnya? Perang Troya.

Kearifan lokal, maksud saya, di Indonesia. Bicara percintaan di Negeri ini wah sungguh sulit bukan kepayang, lebih sulit dari ujian-ujian di kampus. Berbeda-beda tetapi tetap satu, katanya. Tetapi beda suku dan beda pulau pun terkadang jadi sesuatu yang kompleks sekompleks persamaan Schrodinger Nonlinier pada Fisika.

Belum lagi beda keyakinan. Tak jarang perbedaan rumah ibadah terkadang membuat ganjalan bagi satu hal abstrak yang bernama cinta ini.

Bagiku, kita tidak bisa menentukan kepada siapa jatuh hati kita,kepada siapa dari suku dan agama mana jatuh hati kita.

Bicara cinta bicara manusia. Terlalu dipikir malah jadi ironi. Terlintas teringat seorang filsuf Denmark, Kierkegaard, tentang cinta , "Jika kau percaya,kau akan menyesal, jika tidak percaya,kau akan menyesal".

Jadi makin bingung? Sama. Inilah mungkin yg ia maksud dengan "puncak dari segala kearifan praktis".

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun