Aku masih menanti balasan puisiku yang bertandang ke rumahnya yang tak jua pulang
Di tengah ramainya bisik gemintang membicarakanku
Aku masih meracik diksi untukmu sebagai menu sarapan esok pagi
"Setelah sekian lama diabaikan apa kau tidak cukup bodoh untuk menanggalkan?" bisik daun jambu tua yang berselayang di bahuku pagi ini
Aku terlalu malu untuk bicara
Pada dedaun yang senantiasa
Menghantarkan salamku