http://www.sqleadership.com/ Masih tentang komentar Pak Pepih: "Benar-tidaknya analisa, urusan belakang" yang ditanggapi oleh Pak Joko P (
Kompasiana & Barbarisme Jurnalistik), lalu saya tanggapi dalam sebuah tulisan lain pada hari yang sama (
Pepih Nugraha: "Benar-Tidaknya Analisa, Urusan Belakang"). Kedua tulisan ini menurut Pak Pepih sendiri dalam komentarnya di tulisan saya, "membakar hati" beliau untuk menulis sebuah tulisan klarifikatif. Alhasil, kemarin beliau memosting tulisan berjudul: "
Soal Benar-Tidaknya Analisis Itu Urusan Belakang". Akhirnya, pagi ini saya baru saja membaca tulisan Pak Ben Baharrudin Nur berjudul: "
[Masih] Soal Benar-Tidaknya, Urusan Belakang". Saya sengaja menulis lagi soal ini karena saya melihat ada pelajaran penting berkait bagaimana menulis dan bagaimana membaca tulisan atau memaknai pernyataan yang dalam banyak kasus sering menimbulkan diskusi yang alot. Dan saya kira hal kecil ini justru menjadi sangat penting untuk dingatkan karena kita bisa saja tergelincir untuk melakukannya kapan saja ketika membaca berbagai tulisan dengan berbagai warna dan nada di Kompasiana.
Memaknai "Seperti yang Nararya bilang" Pada dasarnya,
original intention dari pernyataan Pak Pepih di atas sudah sangat jelas dalam tulisan klarifikatif beliau sendir. Dan saya kira, seperti yang sudah saya tandaskan juga dalam tulisan saya di atas, pernyataan Pak Pepih tersebut tidak perlu lagi disalahpahami. Yang menjadi persoalan sekarang adalah justru tulisan saya yang berpotensi untuk disalahpahami. Potensi kesalahpahaman itu, saya kira berawal dari parafrase Pak Pepih terhadap tulisan saya. Saya menulis demikian:
Meski begitu, harus diakui bahwa tulisan Pak Joko memberi kesan yang mungkin ia sendiri tidak maksudkan. Kesannya adalah seakan-akan pernyataan Pak Pepih lebih mengedepankan kecepatan pemberitaan ketimbang akurasi dan kebenaranpemberitaan itu sendiri. Tidak heran, kalau Anda membaca komentar-komentar di bawahnya, ada sejumlah komentator yang mengeksplisitkan kesan tersebut, semisal: “…Suhunya saja sudah menggunakan semboyan ‘urusan belakang’”. Ada pula yang mengungkapkan pesimisme total terhadap tulisan-tulisan di Kompasian.
KEMBALI KE ARTIKEL