Namun, setiap penulis harus berani dan berjiwa besar untuk "mendengar apa yang tidak ingin didengar." Dan saya menerima tantangan ini dengan mengemukakan sebuah dugaan politis sebagai aplikasi dari tulisan saya barusan.
Gagasan hipotetis saya adalah bahwa pengangkatan Badrodin Haiti sebagai PLT, sebenarnya mengandung muatan hidden transcript dari Jokowi, sama halnya seperti Budi Gunawan (BG).
Adapun sejumlah syarat cukup (sufficient conditions) yang di atasnya saya akan mendasarkan kesimpulan saya adalah:
- Kasus kepemilikan rekening gendut yang menimpa BG, bukanlah kasus yang baru-baru ini muncul. Memang sudah ada klarifikasi dari KPK bahwa status tersangka yang disematkan bagi BG tidak berkait dengan momentum pencalonannya sebagai Kapolri. Saya meragukan klarifikasi ini. Tentu saja ada kaitan dengan momentum tersebut. Seorang calon Kapolri haruslah seseorang yang "bersih" dari kasus semacam itu.
- Di sisi lain, Jokowi, tampaknya mengedepankan kesantunan kultur politis dengan mengakomodasi BG sebagai calon Kapolri. Ini pun disetujui oleh DPR.
- Jokowi menghadapi kemelut yang mengancam kedudukan serta kredibilitasnya sebagai Presiden RI. Ia berhadapan dengan ancaman impeachment sekaligus ancaman penarikan dukungan dari para relawan serta seluruh rakyat Indonesia, jika ia melantik BG.
- Kemelut itu ditangani Jokowi dengan mengeluarkan dua Keppres, yaitu pemberhentian Sutarman dan pengangkatan Badrodin Haiti sebagai PLT. Sementara itu, BG hanya sekadar mendulang status ditunda pengangkatannya hingga ada kejelasan status dari KPK soal kasus di atas.